Menu

Bertahan Hidup Hingga Bertemu Cinta Modal Ngeblog

Bertahan Hidup dan Bertemu Cinta Modal Ngeblog

Banyak hal yang sudah terlewati selama saya menjadi blogger. Terlahir dari keluarga sederhana dan tidak punya privilege dalam hal finansial, membuat saya harus berjuang lebih keras untuk bertahan hidup. Namun bermodal ngeblog juga lah, saya akhirnya bertemu cinta dan memulai bahagia.


Sejak orang tua bangkrut tepat ketika saya lulus SMA belasan tahun lalu, praktis saya dipaksa dewasa sebelum waktunya. Saya berjuang untuk hidup sendirian. Untuk makan, untuk tempat tinggal. Tak banyak pilihan pekerjaan yang bisa dijalani “bocah” lulusan SMA yang tinggal di kota kecil. Pun saat itu akses informasi dan dunia digital belum sebaik sekarang.


Berbagai pekerjaan saya lakoni demi bisa bertahan dari hari ke hari. Mulai dari penjaga toko, waiters sebuah kafe kecil, baby sitter, hingga yang agak mendingan, menjadi staf pembukuan di sebuah perusahaan kontraktor.


Kehidupan saya beranjak membaik setelah mengikuti sebuah diklat jurnalistik yang digelar sebuah perusahaan media lokal setempat yang terhubung pada jaringan koran dan televisi nasional. Hasil diklat saya yang dinilai cukup baik membuat saya direkrut perusahaan itu untuk menjadi jurnalis meski belum kuliah saat itu.


Ketika Hidup di Antara Berita

Sambil membagi waktu di antara liputan dan target menulis 7 berita per hari, saya berusaha menyelesaikan kuliah yang agak terlambat. Sayangnya perjalanan tidak semulus itu. Singkat cerita, saya sempat gagal beberapa kali dalam menyelesaikan kuliah.

Perjalanan hidup memang tak selalu mulus. Meski sempat hidup cukup nyaman saat menjadi jurnalis, saya kemudian mengalami episode terpuruk lagi. Berturut-turut dalam kurun waktu sekian tahun saja : resign dari kantor, putus cinta dengan tragis, papa meninggal setelah sakit cukup parah, berkutat dengan masalah kejiwaan, hingga harus membereskan masalah finansial keluarga yang tidak sedikit.


Di saat bersamaan, saya saat itu juga masih harus berjuang menyelesaikan kuliah saya. Saya boleh saja punya banyak list kegagalan, namun saya sudah bertekad untuk menyelesaikan kuliah karena begitu menginginkannya.


Selengkapnya baca : Sarjana Sastra dan Lunasnya Sebuah Utang


Menghadapi kerasnya hidup tanpa punya pekerjaan tetap tentunya tidak semudah itu dihadapi. Namun bersyukur, di tahun-tahun itu, lebih kurang tahun 2015-an, ada dunia blogger yang menyelamatkan saya.


Sebetulnya saya sudah mulai ngeblog sejak masih aktif sebagai jurnalis tahun 2011. Namun saat itu tidak terlalu serius menekuni. Hanya memanfaatkan sebuah platform blog keroyokan (Kompasiana), dan blog pribadi gratisan. Saat itu saya menulis hanya sebagai media refreshing dari kejenuhan menulis berita. Juga mungkin sebagai tempat alternatif penampungan tulisan ketika tidak semua berita yang saya tulis ternyata layak muat.


Tahun 2015 ketika saya pindah ke Palembang dan memulai segalanya dari nol, saya dipertemukan dengan sejumlah blogger yang sudah terlebih dahulu eksis dan “serius” ngeblog. Salah satunya Kak Yayan, pemilik blog omnduut dot  com yang kemudian malah menjadi bestie rasa kakak sendiri.


Dunia blogger saat itu sangat “sempit”. Meski banyak Komunitas Blogger Indonesia terbentuk, di Palembang sih terkesan orangnya “itu-itu saja”. Tampak jelas ketika ada event online, wajah-wajah yang terlihat biasanya sudah hafal. Pertemanan dunia maya jadi terjalin di dunia nyata.



Perkenalan dengan Mas Satto dan Bloggercrony


Saya juga baru sadar kalau di tahun 2015 pula Komunitas Bloggercrony Indonesia berdiri. Perkenalan saya dengan Bloggercrony sendiri baru terjadi di tahun 2018, memang. Saat itu saya bertemu dengan Mas Satto Raji dalam sebuah event di Palembang. Di tahun-tahun berikutnya, praktis mulai banyak terlibat dengan banyak event (dan tentu saja job) juga bareng BCC. Beberapa di antaranya saat event bersama sisternet dimana saya juga akhirnya bersua dengan Mbak Wawa.


Bersua dengan Mbak Wawa


Salah satu event blogger paling berkesan adalah ketika diundang oleh Bluebird. Saat itu kami para blogger diundang untuk menjajal aplikasi My Bluebird yang baru di-launching. Senang sih karena sudah tahu kalau si burung biru ini bukan perusahaan kaleng-kaleng. Armada Bluebird (termasuk Bigbird) sudah terstandardisasi SNI (Standar Nyaman Indonesia) karena pengemudinya profesional dan dapat diandalkan, armadanya aman dan nyaman, dan mudah diakses.


event bersama Bluebird


Yang jelas, saat-saat itu bisa dibilang adalah era kejayaan blogger. Meski saya tidak punya pekerjaan tetap, tapi dari ngeblog, saya bukan hanya berhasil melewati fase survival alias bertahan hidup , namun juga berhasil menyelesaikan kuliah saya, membayar semua treatment termasuk obat dan terapi untuk memulihkan kesehatan mental, juga termasuk melunasi semua utang keluarga.


Bukan Blogger Sekadarnya dan Maksimalkan Potensi Diri yang Ada


Menulis memang sudah menjadi passion buat saya. Diary, koran, hingga blog dan status media sosial menurut saya hanya perbedaan wadah semata. Namun proses menuangkan setiap pemikiran atau perasaan dalam serangkaian kata-kata menurut saya ya masih tetap sama saja.


Meski demikian, manusia itu perlu berubah untuk tumbuh. Seperti yang kita tahu, jika sesuatu berhenti tumbuh, maka di saat itu juga proses pembusukan menuju mati akan dimulai. Saya tidak mau “membusuk” secepat itu. Tidak di usia yang menurut saya justru sedang produktif-produktifnya.


Saya sempat cukup rajin meng-upgrade kualitas tulisan dan meningkatkan produktivitasnya. Puji Tuhan, rupanya cukup berbuah hasil dengan memenangkan beberapa blog competition. Yang agak membanggakan ketika akhirnya berhasil meraih title Best in Citizen Journalism dalam gelaran Kompasiana Awards 2019.


Kompasiana Award


Namun prestasi terbaik saya dari nge-blog bukanlah ketika memenangkan lomba-lomba blog, namun ketika bagaimana tulisan saya ter-notice oleh sejumlah pihak yang kemudian mengakui potensi saya.


Misalnya ketika di tahun 2018-2019 saya mendapat “kehormatan” tergabung dalam pengerjaan sebuah project penulisan buku Profil Desa Peduli Gambut oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang bekerja sama dengan Epistema Institute. Saat itu, recruiter-nya meyakini saya mampu mengemban tugas setelah membaca sejumlah tulisan saya yang sudah pernah tayang. BRGM  sendiri adalah sebuah Lembaga Nonstruktural yang dibentuk Presiden RI tahun 2016. Saat itu, saya beserta tim berhasil membuat 3 buah buku.

Sebelumnya, naskah novel fiksi yang saya tulis juga sempat meloloskan saya mengikuti pelatihan expert class di Gramedia Writing Project 3 di Jakarta. Di sini saya berkesempatan belajar langsung dari mentor yang merupakan penulis hebat seperti Rossi L Simamora, Tere Liye, dan Aan Mansyur.


Kelas menulis bersama salah satu mentor, Rossi L Simamora



 Saat itu saya mulai menyadari, bahwa saya bukan blogger sekadarnya dan tidak mau menjadi blogger sekadarnya. Saya mulai diakui (setidaknya oleh sejumlah pihak yang kompeten), bahwa saya sebetulnya punya potensi yang (lumayan) menjanjikan. Sebuah keyakinan yang membuat saya tetap bertahan hidup di tengah ketidakstabilan mental karena berkutat dengan ADHD, depresi, dan gangguan kecemasan.

Tak ingin puas sebagai penulis, saya juga mulai memperdalam skill sebagai translator juga editor. Sampai saat ini, saya kerap menerima job-job freelance di bidang ini. Kadang, menjaga diri tetap sibuk adalah sarana healing terbaik bagi orang-orang yang terlalu sering ingin mati. Ups!

Belakangan, tepatnya ketika pandemi covid 19 mempercepat era digitalisasi, blogger tak hanya dituntut “cuma” bisa nulis saja. Media semakin berkembang dengan konten-konten audio visual. Mau tidak mau, saya dan hampir semua blogger kembali mengasah skill untuk memproduksi konten tersebut. Kemampuan mengambil gambar dan video editing sederhana pun terasah dan bertambah dengan sendirinya.

Menemukan Cinta dan Memulai Keluarga Kecil Bahagia

Rupanya keputusan saya menekuni dunia per-bloggeran ini sangat tepat. Saya mendapat banyak berkat dari sini, bukan hanya uang, relasi, dan peluang… saya bahkan menemukan cinta dan belahan jiwa.

Hati saya terpaut pada Nugisuke, mas-mas Jogja yang stay di Bandung dengan blog thetravelearn dot com-nya. Travel blogger satu ini berhasil memikat saya untuk sepakat mengikat janji suci di altar pada tahun 2021.

Saat ini, kebahagiaan keluarga kecil kami kian lengkap dengan hadirnya 2 putri kembar kami, Kamaya dan Kisae (Aya dan Sae). Dengan bertambahnya member baru, sekali dua pula, praktis kebutuhan kami sekeluarga atas kendaraan roda empat semakin mendesak.

Mobil? Carro aja!

Kalau menurut kemampuan finansial kami sekarang, belum bisa sih beli mobil baru. Tapi mobil bekas pun rasanya ga masalah kalau emang kondisinya masih oke. Nah, beruntung, berkat Blogger Day 201424 Bloggercrony, saya jadi tahu kalau ada yang namanya Carro. Jadi Carro ini tempat kita bisa jual beli mobil bekas dengan kondisi yang masih sangat baik dan layak pakai. Nah, kalian bisa banget nih Temukan mobil #CarroCertified bagus layaknya baru sekarang di carro.id . Kebetulan saya sama Nugi juga lagi rajin intip-intip.

Saat ini, saya juga menikmati peran baru saya sebagai mom of twins. Tidak mudah menjalani peran ini dengan kapasitas saya yang terbatas. Namun sebagai blogger, saya merasa punya privilege, setidaknya jika dibandingkan dengan para ibu lain di lingkungan sekitar saya.

Dibanding tetangga-tetangga saya misalnya, saya merasa lebih melek literasi dan lebih mudah mengakses informasi yang sudah banyak tersaji dari sumber-sumber kredibel. Sebagai blogger, saya mendapat kemudahan dalam mengakses ilmu-ilmu parenting dari mereka yang berkompeten di bidangnya seperti dokter spesialis anak, psikolog anak, atau para ahli gizi. Bukan hanya dari akun sosmed, namun sampai berinteraksi langsung melalui webinar atau seminar offline yang sering digelar dan melibatkan para blogger sebagai pesertanya.

Mom of twins

Menjadi mom blogger juga memungkinkan saya mendapat income tambahan lewat sejumlah job atau tawaran endorsement yang diterima tanpa harus khawatir melewatkan perkembangan anak. Nyaris semua kesibukan seorang blogger seperti saya bisa dilakukan dari rumah saja.

Namun di atas semua itu, privilege terbaik menurut saya adalah komunitas itu sendiri. Lewat apa yang di-sharing-kan blogger lain lewat tulisan dan pengalamannya, saya belajar banyak hal. Juga suntikan dukungan dan semangat ketika sedang terpuruk dan hari-hari tak berjalan dengan baik.

Saya melewatkan masa kehamilan, persalinan, dan masa postpartum dengan tidak mudah. Saya melewati 8 bulan masa kehamilan dengan full bedrest. Saya mengalami kritis selama 3 hari setelah melahirkan Aya Sae. Saya menjalani hari-hari  sebagai ibu baru dengan kesulitan finansial sampai sempat merasakan gejala baby blues.



Namun setiap kali membaca pengalaman ibu-ibu lain dengan segala suka dukanya, selalu mampu menguatkan saya. Meyakinkan saya bahwa saya tidak sendirian. Juga memberi saya harapan, bahwa hari-hari terburuk sekalipun pasti akan berlalu.

Melalui tulisan ini, saya sekaligus ingin berterima kasih pada para mom blogger yang lebih senior. Saya ingin mereka tahu, bahwa apa yang mereka bagikan selama ini telah banyak membantu saya selaku ibu newbie ini melewati hari-hari sulit dalam berumah tangga.

Ini menunjukkan bahwa blogger dan komunitas tidak bisa dipisahkan. Blogger bisa dibilang tidak bisa hidup tanpa blogger lainnya. Saya pribadi sangat bersyukur bergabung dengan Bloggercrony. Sejauh ini apa yang dilakukan Bloggercrony banyak sekali membantu teman-teman blogger.

Blogger Day 2024

Bukan hanya dalam hal berjejaring, dan berbagi ilmu serta job, namun belakangan bahkan merambah dengan memperhatikan para blogger yang memiliki UMKM. Menjembatani pelaku usaha dengan konsumen tentunya merupakan hal yang sangat positif dan harus dipertahankan.

Saat ini saya memang masih harus pandai-pandai membagi waktu antara ngeblog dan kesibukan dan tanggung jawab baru di keluarga. Dalam hal ini, bikin saya jadi kurang leluasa terlibat dalam berbagai event. Berbeda dengan saat masih single dulu yang bebas kemanapun. Meski demikian, jika memungkinkan, saya pasti mengusahakan untuk tetap terlibat dalam kegiatan komunitas blogger.

Menjadi blogger memberi ruang untuk diri saya sendiri, yang utuh sebagai Ara. Bagaimanapun, bagian diri Ara yang satu ini sama pentingnya dengan Ara yang istrinya Nugi maupun Ara yang mommy-nya Aya Sae.

Sampai detik saya menuliskan ini, saya belum pernah menyesal menjadi blogger. Saya Ara, bukan blogger sekadarnya. Saya blogger yang berhasil bertahan hidup dan menemukan banyak cinta darinya.





2 komentar:

  1. Ayo kembalikan kejayaan Ara sebagai blogger luar biasa! Keren lho masuk Gramedia Writing Project sama Kompasiana Award.

    Yok sama-sama terus belajar dan menulis agar tak menjadi blogger sekadarnya.

    BalasHapus
  2. Mengurai benang kusut di kepala dengan nulis, iya. Dapet duit juga iya. Alhamdulillah berkat dari ngeblog luar biasa. Dapet jodoh pula karena kesamaan minat ^^ Semoga BloggerCrony ntar bikin acara lagi di Palembang. Amiiinn

    BalasHapus

Baca juga

Mimpi 15.529 Km

Tulisan ini dibuat dengan rasa rindu yang sangat, pada sosok manusia paling kontradiktif yang pernah kukenal : Papa. Mimpi 15.529 km | kuc...