Dalam agenda ini, hadir Kak Regina Muthia Sundari (Research Manager at Traction Energi Asia) selaku narasumber. Pemaparan menarik dari Kak Refina akan saya rangkum di postingan ini, jadi baca sampai selesai ya!
Pentingnya Energi Terbarukan untuk Masa Depan Bumi
Apa sih energi terbarukan itu?
|
Macam-macam sumber energi terbarukan |
Energi terbarukan adalah suatu energi dari sumber daya alam yang sudah tersedia di alam dan cepat tersedia kembali. Berbeda dengan energi berbahan dasar fosil (batubara, minyak bumi, gas alam) yang selama ini kita kenal, energi terbarukan ini tidak akan habis karena terbentuk "sendiri" oleh proses alam yang berkelanjutan.
Sampai saat ini, kita sudah mengenal beberapa bentuk sumber energi terbarukan ini, yakni : tenaga air, tenaga angin, tenaga uap, tenaga panas bumi (geothermal), tenaga surya, tenaga gelombang laut, dan bioenergi.
Memangnya kenapa sih kita perlu transisi ke sumber energi terbarukan segala? Kan ribet, pakai sumber energi yang sudah dikenal selama ini aja kenapa?
Ini erat kaitannya dengan masa depan bumi kita. Dibandingkan dengan energi fosil yang selama ini kita kenal, energi terbarukan itu lebih banyak kelebihannya karena lebih rendah emisi, lebih ramah lingkungan, juga lebih rendah biaya. Penggunaan energi terbarukan ini bahkan mampu menurunkan 1,25% emisi CO2 per kapita. Energi terbarukan juga salah satu kunci dalam mengontrol emisi gas rumah kaca yang selama ini jadi "biang kerok" pemanasan global.
Nah, Indonesia diketahui juga mulai concern untuk transisi energi terbarukan ini. Dimulai dengan Indonesia yang turut menandatangani Paris Agreement bersama negara-negara lain yang sepakat untuk mencapai Net Zero Emission (NZE).
Belum lama ini, Indonesia juga sudah melakukan uji terbang pesawat komersil dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF). SAF ini salah satu bioenergi karena merupakan bahan bakar dengan komponen nabati yang disebut bioavtur yang diproduksi oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) di Cilacap.
Tidak mau menyia-nyiakan iklim tropis yang selalu banjir matahari, Indonesia juga punya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terbesar se-Asia lho. Yakni PLTS Teraping Cirata di Purwakarta, Jawa Barat. Rencananya, PLTS yang dibangun di atas area seluas 250 hektare lebih dengan 340.000 panel surya ini akan mulai beroperasi awal 2024 nanti.
|
PLTS Cirata |
Indonesia juga punya potensi sumber energi terbarukan lain seperti pembangkit listrik tenaga gelombang (yang saat ini mulai diteliti di daerah Mentawai), juga geothermal. Tidak heran lantaran letak geografis kita yang bukan hanya kaya laut, namun juga kaya panas bumi karena berlomasi di ring of fire.
Menurut data dari Badan Geologi Kementerian ESDM per Desember 2020, total potensi energi panas bumi Indonesia mencapai tak kurang dari 23,7 GW. Hingga saat ini, Indonesia sedikitnya sudah memiliki 16 PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi) yang beroperasi dengan total kapasitas 2,1 GW, terbesar ke-2 setelah Amerika Serikat. Di Pulau Jawa sendiri, ada PLTP Dieng, PLTP Darajat, PLTP Salak, dan PLTP Karaha. Keren kan?
Minyak Jelantah, Masa Depan Energi Terbarukan Indonesia
|
Minyak jelantah untuk Biodiesel |
Dari sekian banyak energi terbarukan di Indonesia, ada satu yang sebetulnya paling cepat, paling mudah, dan paling cocok diterapkan karena sesuai dengan karakteristik orang Indonesia. Yakni minyak jelantah yang dijadikan sumber energi terbarukan.
Minyak jelantah tergolong bioenergi, yakni energi terbarukan yang berasal dari sumber biologis. Selain dari kelapa sawit, bionergi bisa didapat dari sumber lain juga, seperti kayu, tebu juga tanaman lainnya.
Minyak jelantah bisa dijadikan bahan baku bioenergi karena punya komposisi kimia yang sangat mirip dengan kelapa sawit yang diketahui sudah mulai diproduksi sebagai bahan baku biodiesel. Minyak jelantah juga tergolong limbah yang berbiaya rendah dan sangat minim emisi gas rumah kaca.
Terlebih, dengan gaya hidup masyarakat Indonesia yang suka banget goreng-gorengan, pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel ini tentunya sangat layak ditingkatkan. Potensi minyak jelantah nasional mencapai 1,2 juta kilo liter atau setara dengan 8-10% kebutuhan biodiesel nasional.
Ketimbang hanya berakhir sebagai limbah, tentunya akan lebih baik jika bisa diolah sebagai sumber energi, bukan?
Sudah saatnya ibu rumah tangga sepertiku mulai concern dengan minyak jelantah ini. Jika selama ini dibuang begitu saja sampai bikin wastafel tersumbat, cobalah dengan mengumpulkannya.
Setelah itu, cari tahu informasi pengepul minyak jelantah yang ada di daerah masing-masing. Biasanya para pengepul ini memang rutin menerima minyak jelantah dari rumah tangga maupun UMKM. Pengepul kemudian akan menyetorkan pada BUMD atau lembaga lain yang ditunjuk untuk kemudian disalurkan ke SPBU. Terakhir baru dikirim ke tempat pengolahan
Nah, di daerahmu sudah ada pengepul minyak jelantah kah?