Menu
Tampilkan postingan dengan label Tugas Negara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tugas Negara. Tampilkan semua postingan




Pernah mengalami tanpa sengaja lewat dekat orang membakar sampah? Atau tak sengaja terpapar asap orang membakar sate? Bagaimana rasanya?

Napas sesak, selalu ingin batuk, mata pun berair dan memerah karena pedih. Pokoknya tidak nyaman dan buru-buru ingin pergi dari sumber asap.

Nah, seperti itulah kira-kira sensasi yang dirasakan para korban bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang memicu kabut asap. Bedanya, sensasi tidak nyaman itu berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bisa sampai berbulan-bulan. Lebih sulitnya lagi, korban tidak bisa menghindar karena asapnya sudah tersebar merata ke seluruh kota. Tidak semudah menghindar dari orang membakar sampah atau menjauh dari si tukang sate.

Sebagai anak Sumatera Selatan, saya tidak asing dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sepanjang umur, sedikitnya dua kali saya menjadi korban kabut asap yakni tahun 2015 dan tahun 2019 silam.


Jarak pandang di kota Palembang kala itu menjadi sangat terbatas karena terhalang kabut pekat. Sekilas memang tampak seperti kabut biasa, namun kabut ini bikin sesak nafas dan mata pedih. Sekolah-sekolah diliburkan, penerbangan dibatalkan, dan helikopter pembawa balon air bersileweran setiap harinya. Di malam hari, dari kejauhan langit tampak kemerahan di lokasi-lokasi yang merupakan area kebakaran.

Ah, saat itu saya tidak sanggup kemana-mana. Lebih pilih berdiam diri di rumah dan menutup rapat semua pintu jendela. Sialnya, kabut asap rupanya juga masih bisa masuk melalui lubang ventilasi.

Kabut asap membuat kami, warga Sumatera Selatan sudah terbiasa mengenakan masker sehari-hari. Jauh sebelum era covid dimulai.


Saya dan Lahan Gambut

Masih sebagai anak Sumatera, sejak kecil saya sudah familiar dengan lahan gambut (meski saat itu masih belum tahu namanya). Alm papa dulu punya sawah dan ladang di lahan gambut. Yang khas dari lahan gambut adalah, tanah yang kita injak terasa lunak dan "membal", mirip seperti kalau kita berdiri di atas trampolin.

Setelah dewasa, tepatnya tahun 2018 lalu, saya malah berkesempatan terjun lebih jauh di dunia pergambutan. Ketika ditawari menjadi salah satu tim yang terlibat dalam project penulisan dan penyusunan Buku Profil Desa Peduli Gambut bersama Badan Restorasi Gambut (BRG).



Perkenalan langsung di lapangan dengan lahan gambut kala itu membuat saya menyadari betapa besarnya peran lahan gambut bagi bumi kita.

Rupanya "jodoh" saya dengan gambut masih berlanjut. Setelah tak lagi di lapangan dan kini menjadi fulltime ibu rumah tangga, saya kembali "berjumpa" dengan dunia pergambutan lewat online gathering bersama #EcoBloggerSquas  pada Jumat (11/8) lalu.

Bertajuk "Indonesia Merdeka dari Karhutla", ingatan saya terkait lahan gambut kembali disegarkan oleh pemaparan Kak Ola Abas dari Pantau Gambut selaku narasumber.


Lahan gambut itu bak sumur cadangan air bagi Bumi. Seperti spons, lahan gambut mampu menyerap dan menyimpan air. Daya tampung airnya mencapai 450-850% dari bobot keringnya.


Lahan gambut juga merupakan rumah bagi sejumlah flora dan fauna. Sejumlah tanaman yang hidup di lahan gambut di antaranya adalah ramin (kayu mewah untuk furnitur), pulai, jelutung, durian, getah sundi, jambuan, geronggang, dan pala. Untuk satwanya sendiri misalnya orangutan, lutung merah, macan dahan kalimantan, bangau hutan rawa, angsa sayap putih, buaya sinyulong, macan sumatera, beruang madu, dan tapir. Tak sedikit dari fauna tersebut merupakan binatang hampir punah dan/atau dilindungi.


Gambut dan Karhutla

Setiap hektar lahan gambut yang dikeringkan berarti melepaskan 55 metrik ton CO₂ tiap tahunnya, setara dengan membakar lebih dari 6.000 galon bensin. Belum lagi jika musim kemarau tiba, lahan gambut yang teksturnya berpori itu menjadi sangat mudah terbakar dan kemudian menyebar luas hingga menimbulkan bencana karhutla.

Sayangnya, sejumlah pihak masih menganggap pembakaran adalah cara paling cepat dan murah untuk membersihkan lahan. Padahal, bencana karhutla yang meluas dan tak terkendali itu bisa berawal hanya dari sepuntung rokok yang dibuang sembarangan.


Seperti yang sudah saya singgung di awal tulisan, kabut asap dari pembakaran lahan gambut sangat menganggu. Bukan hanya menganggu kesehatan, namun juga mengganggu aktivitas keseharian masyarakat. Akses pendidikan dan transportasi terganggu, dan ujung-ujungnya berimbas pada sektor perekonomian karena warga tidak bisa bekerja dengan normal.

Indonesia Merdeka Karhutla

Indonesia di tahun 2023 ini rupanya masih belum merdeka dari karhutla. Tercatat masih banyak provinsi terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua yang masih rentan karhutla (lihat gambar).




Memasuki musim kemarau dan El Nino (fenomena pemanasan Suhu Muka Laut/SML di atas kondisi normalnya), potensi karhutla rupanya semakin meningkat meningkat pula. Sepanjang Januari-Mei 2023 saja, tim Pantau Gambut menemukan 5.030 titik panas di 29 lokasi KHG. Dari 29 lokasi tersebut, 10 di antaranya terjadi di bulan Mei saja.

Indonesia memang belum merdeka dari Karhutla, namun Ola Abas mengatakan jika kita tidak boleh berhenti berharap. Meski masih harus menghadapi banyak tantangan, menyelamatkan lahan gambut masih bisa dilakukan.

Cara terbaik memang mencegah jangan sampai terjadi kebakaran. Sebab lahan gambut yang sudah terbakar akan susah dipadamkan kembali. Meski bisa dipadamkan dengan mobil pemadam kebakaran, tangki air, bom air dari helikopter, membuat sekat bakar, hingga Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), namun cara ini akan menghabiskan banyak sekali daya dan dana.

Dalam hal ini, menurut Ola, masyarakat umum dan perusahaan perlu diedukasi terkait bahaya pengeringan dan pembakaran lahan gambut. Tapi menurut saya, perusahaan yang lebih krusial untuk disadarkan, karena kalau edukasi pada masyarakat sudah banyak dan mudah dijalankan. Penegakan hukum bagi para pelanggar atau pelaku pembakaran juga harus lebih tegas.

Dan tentunya partisipasi masyarakat umum sendiri tetap diperlukan dalam pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan pemantauan restorasi lahan gambut di lapangan.

Saya sendiri ambil bagian dengan apa yang saya bisa saat ini, yakni menuliskan dan meneruskan informasi ini seluas-luasnya. Dengan harapan bisa membangkitkan awareness masyarakat terkait nasib lahan gambut kita.

Mari, di bulan kemerdekaan ini kita jaga lahan gambut kita untuk masa depan. Ingat, Bumi kita juga milik generasi setelah kita. Yuk sebarkan informasi ini pada circle-mu, bergabung dengan kegiatan atau komunitas pecinta lingkungan seperti di Team Up For Impact.
1


Aku di Hutan Bengkulu

Lahir, besar, dan menghabiskan lebih dari separuh hidupku di Provinsi Bengkulu membuatku cukup akrab dengan hutan. Tidak heran, karena Provinsi di pesisir Selatan ini 43% wilayahnya adalah hutan.

Komoditas hutan Bengkulu yang paling mudah dinikmati langsung adalah durian. Aku sampai dapat julukan "hantu durian" oleh teman-temanku saking nge-fansnya sama buah satu ini. Rekor terbaikku adalah menghabiskan durian sebanyak satu karung ukuran beras 20 kg dalam waktu sehari semalam 🤣

Aku dan Durian

Setelah kemudian pindah ke Palembang, Jogja, dan sekarang akhirnya menetap di Bandung, aku masih merindukan masa-masa berburu durian di Bengkulu. Aku sungguh rindu menikmati durian yang baru jatuh dari pohon langsung di kebunnya. Dengan hanya membayar sekian puluh ribu rupiah saja, boleh makan sepuasnya selama tidak dibawa pulang.

Siapa yang menyangka, kegilaanku terhadap durian itu rupanya berpengaruh terhadap mitigasi perubahan iklim. Lho, kok bisa?

Dalam online gathering bareng #EcoBloggerSquad akhir Mei lalu bertajuk “Peran Komunitas untuk Menjaga Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim", saya baru tahu kalau pohon durian dapat menyerap karbondioksida (CO2) dan mengurangi efek rumah kaca. Satu pohon durian bisa menyerap sekitar 1,42 ton CO2 setiap tahunnya. Bayangkan, ada berapa ribu pohon durian di hutan-hutan Bengkulu?

Rajin mengonsumsi dan membeli durian berarti turut menjaga kelangsungan pohon-pohon tersebut. Bapak Nasiun dari Desa Air Tenam, Bengkulu Selatan bahkan saat ini masih setia menjaga pohon-pohon durian di desanya yang totalnya mencapai 1677 hektar. Wow!

Hutan dan Perubahan Iklim

Pemanasan global dan perubahan iklim adalah sesuatu yang nyata. Sudah dan sedang terjadi saat ini di seluruh belahan Bumi, termasuk di Indonesia. Pasti kita semua sudah mulai merasakannya, mulai dari cuaca yang makin labil, badai lebih hebat, air makin langka dan kekeringan semakin sering, sampai mulai banyaknya penyakit yang aneh-aneh.

Salah satu upaya untuk mengurangi dampak perubahan iklim ini adalah dengan menjaga kelestarian hutan. Indonesia sebetulnya negara dengan jumlah luas hutan yang tidak sedikit, bahkan menjadi nomor tiga sedunia. Totalnya mencapai 125,76 juta hektare (ha) pada 2022.

Sayangnya, seperti yang disampaikan Manager Program Hutan Itu Indonesia, Christian Natalie, Indonesia juga menjadi negara dengan laju kerusakan hutan paling cepat sedunia. "Indonesia tercatat di World Guinness Book of Records sebagai negara dengan tingkat laju kerusakan tercepat nomor satu di dunia. Dalam lima tahun terakhir saja, Papua telah kehilangan hutannya seluas 3,5 kali pulau Bali,” ujarnya.

Duh, sayang sekali ya? Padahal tidak sedikit masyarakat kita yang menggantungkan hidup dari keberadaan hutan. Belum lagi kalau bicara soal keanekaragaman hayati yang ada di dalam hutan Indonesia. Tak terhitung flora dan fauna langka yang menjadikan hutan Indonesia sebagai habitat alaminya, seperti bunga rafflesia arnoldi misalnya.

Kalau terus-terusan dirusak oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab dan hanya memikirkan kepentingannya sendiri, bukan cuma mengancam kehidupan di sekitar hutan saja, tapi juga seluruh Indonesia bahkan dunia karena dampak perubahan iklim tak lagi bisa dikendalikan.

Langkah Kecilku, Untukmu Bumiku

Terkadang sudah muncul kesadaran dan kepedulian akan nasib Bumi di dalam diri. Sudah ingin berbuat sesuatu agar dampak perubahan iklim bisa teratasi. Sayangnya, kesadaran tersebut kadang terhenti hanya sebatas niat karena merasa tidak punya cukup power untuk memperbaiki kerusakan yang sudah sangat masif.

Namun, terkait menyelamatkan bumi sebetulnya tidak melulu bicara hal-hal besar kok. Untuk masyarakat awam dan "orang biasa" seperti kita, tidak perlu langsung mereboisasi sekian ribu hektare hutan atau menjadi aktivis peduli lingkungan.

Banyak hal lain berupa langkah-langkah kecil sederhana yang bisa dilakukan siapa saja untuk menyelamatkan Bumi kita. Saya sendiri sudah memulainya dari rumah. Sesimpel mematikan lampu yang tidak dipakai, memilah sampah, menghemat penggunaan air, membawa tumblr air minum sendiri, atau membawa tas kain sendiri saat berbelanja.


Belakangan, saya juga rajin memanfaatkan sampah kemasan plastik dari pemakaian sehari-hari, menjadi media pot untuk tanaman. Lumayan lho hasilnya, saya jadi tidak perlu membeli cabai, tomat, atau bumbu-bumbu perdapuran lainnya karena cukup memetiknya dari halaman rumah.

Nah, kalau kalian, punya langkah apa saja untuk menyelamatkan Bumi kita? Share di kolom komentar dong!

1

Peran masyarakat adat, selamatkan bumi yang sekarat



Perkenalan saya dengan sebuah komunitas adat adalah sekian tahun lalu saat masih menjadi jurnalis di sebuah koran lokal di Bengkulu. Tepatnya ketika berkunjung ke Desa Sungai Lisai di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Jika saya tidak keliru, saat ini desa tersebut sedang diperjuangkan statusnya untuk menjadi desa adat atau Komunitas Adat Terpencil (KAT).

Selebihnya, pengetahuan saya tentang masyarakat adat sangatlah minim. Hanya sebatas memahami bahwa mereka adalah sekumpulan masyarakat asli suatu daerah yang mempertahankan gaya hidup berdampingan dengan alam.

Namun rupanya saya salah. Masyarakat adat rupanya memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kelestarian alam. Di saat masyarakat lain di seluruh dunia seolah berlomba-lomba merusak dan mengeksploitasi, masyarakat adat khususnya yang ada di Indonesia tengah berjuang menyelamatkan bumi yang kian sekarat.

Hal tersebut baru saya pahami ketika mengikuti mengikuti Online Gathering #1 Eco Blogger Squad bertajuk "Peran Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal dalam Menjaga Bumi." Dalam agenda tersebut, turut hadir Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi sebagai narasumber.

Lalu, apa dan bagaimana masyarakat adat itu sendiri?

Menurut Rukka, masyarakat adat adalah sekelompok orang yang terikat secara geneologis yang secara teritorial menyejarah, turun temurun lintas generasi. Measyarakat tersebut punya ikatan budaya sama dan ikatan batin kuat terkait suatu ruang geografis tertentu sebagai rumah mereka.

Rumah itulah yang kemudian dijaga, dirawat, dikelola, dan kuasai dari generasi ke generasi sebagai wilayah kehidupan dari leluhurnya.

Menariknya, Masyarakat adat rupanya tidak sekadar merasa punya ikatan dengan sesama manusia, namun juga dengan alam dan segala makhluk di dalamnya. Bahkan, bukan cuma terbatas hewan atau tumbuhan saja, namun juga termasuk "makhluk" yang tak kasat mata.

Sayangnya, kehidupan masyarakat adat yang perannya sangat lekat dengan alam, rupanya menghadapi banyak tantangan. Terutama dengan banyaknya pihak yang justru merusak alam dengan dalih pembangunan wilayah atau pembukaan lahan untuk tujuan komersil.

"Sampai sekarang banyak sekali tokoh-tokoh masyarakat adat yang berurusan dengan hukum. Padahal mereka hanya mempertahankan rumah mereka, mempertahankan apa yang sudah dijaga leluhur mereka selama ini," ujar Rukka.

Tidak adanya payung hukum terkait hak-hak masyarakat adat membuat situasi dirasa genting untuk keberlangsungan alam juga masyarakat adat itu sendiri yang hidupnya sangat bergantung dengan kelestarian alam. Terlebih, jika sudah berhadapan dengan hukum melawan pihak-pihak swasta.

Dua contoh kasus yang disebut Rukka di antaranya adalah kasus Masyarakat Adat Sabuai (Maluku) yang harus puas dengan vonis hukuman pelaku penebangan liar di tanah adatnya yang hanya 2 tahun saja. Begitu pula dengan Masyarakat Adat Kinipan (Lamandau) yang hutan adatnya dirusak perusahaan sawit. Mereka malah berakhir dipolisikan ketika menggelar aksi protes demi membela haknya.

Padahal, dengan banyaknya jasa masyarakat Indonesia untuk pelestarian alam di bumi pertiwi, sudah selayaknya semua lapisan masyarakat dan tentunya pemerintah untuk mendukung dan membela hak-hak masyarakat adat. Salah satu caranya adalah dengan segera #SahkanRUUMasyarakatAdat.

Entah mengapa, RUU Masyarakat Adat yang sebenarnya sudah mulai dibahas sejak Prolegnas DPR RI 2009-2014 lalu, hingga saat ini belum jelas kelanjutannya.

Sementara itu, UU Cipta Kerja yang memudahkan perusahaan (termasuk perusahaan sawit) berinvestasi di berbagai wilayah Indonesia justru sudah disahkan. Hal ini membuat RUU Masyarakat Adat semakin bersifat urgent untuk disahkan.

Mengesahkan RUU Masyarakat Adat , lanjut Rukka, berarti menyelamatkan Indonesia dari berbagai hal yang merugikan, seperti perusakan lingkungan. "Sudah lebih dari satu dekade RUU ini mengendap di DPR, perlu segera ditindaklanjuti agar setiap warga negara Indonesia memperoleh haknya secara utuh," pungkas Rukka.
0

Hak Kesehatan Seksual (gambar : kompas)


Belakangan ini saya beberapa kali membaca berita yang cukup bikin geram, yakni soal pelecehan seksual yang dialami kaum disabilitas. Kasus-kasus yang sungguh bikin marah, geram, sedih, dan miris sekaligus. Terlebih, karena para korbannya masih remaja atau di bawah umur.

Saya ingat saat masih kecil, ada kehebohan di dusun saya. Salah seorang warga, seorang remaja perempuan down syndrome, mendadak diketahui hamil di luar nikah. Saat itu saya belum terlalu paham, namun saya sudah tahu bahwa hamil tanpa didahului ikatan pernikahan sebelumnya merupakan hal yang sangat memalukan.

Ketika sudah agak lebih dewasa, saya baru paham kalau apa yang terjadi dengan remaja tersebut adalah kasus perkosaan dengan memanfaatkan ketidakberdayaan si korban. Pelakunya lebih dari satu, dan hampir semua adalah tetangga sendiri yang berdalih mengajak korban bermain-main di sawah yang ada pondoknya. Dan di sanalah perilaku bejat itu terjadi berulang kali hingga sang remaja akhirnya hamil tanpa pernah benar-benar paham apa yang sebenarnya terjadi.

Kasus seperti ini membuat saya sadar, bahwa mendapatkan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi adalah hak setiap orang, termasuk remaja disabilitas dan OYPMK (orang yang pernah mengalami kusta). Wawasan terkait edukasi ini selain berdampak baik bagi kesehatan, tentunya akan mampu meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman pelecehan dan kekerasan seksual yang mungkin terjadi.

Belum lama ini, saya dan rekan-rekan sesama blogger dan teman-teman Ruang Publik KBR dan NLR Indonesia mengikuti sebuah siaran sosialisasi bertajuk Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Bagi OYPMK dan Remaja disabilitas. Dalam agenda tersebut, salah satu narasumber yakni Westiani Agustin yang merupakan founder Biyung Indonesia mengatakan, edukasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi untuk perempuan Indonesia masih cukup sulit diakses. "Jangankan untuk yang disabilitas dan OYPMK, yang remaja normal saja masih kesulitan mengakses informasi. Umumnya karena topik-topik terkait kesehatan seksual dan reproduksi ini masih dianggap tabu untuk dibicarakan," ujar Westiani.
Pentingnya Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi

Hal senada disampaikan Wilhelmina Ice, remaja Champion program Hak Kesehatan Seksual Reproduksi (HKSR) asal Nusa Tenggara Timur. Menurut Ice yang juga remaja disabilitas ini, dirinya tergolong beruntung mendapatkan edukasi dari program HKSR yang dia ikuti. "Namun ada banyak teman-teman saya yang kesulitan mengakses informasi. Selain ada perbedaan kapasitas pemahaman antara teman yang satu dan yang lain, keluarga sendiri terkadang masih tidak mau tahu tentang hal ini," ujarnya.

Disampaikan Project Officier HKSR NLR Indonesia, Nona Ruhel Yabloy, sudah saatnya masyarakat kita sadar bahwa seks edukasi itu berbeda dengan pornografi. Dengan pemahaman yang benar terkait kesehatan seksual, remaja khususnya penyandang disabilitas lebih bisa melindungi dirinya sendiri. "Mulai dari hal-hal sederhana terkait pentingnya menjaga kebersihan dan merawat diri. Untuk wanita tahu kapan harus mengganti pembalut saat menstruasi, dll," jelas Nona.

Hal tersebut penting, tapi sampai sekarang banyak orang tua yang berpikir anak akan tahu sendiri pada waktunya, tidak perlu diajari. Padahal belum tentu. Seringkali anak justru kebingungan dan mencari tahu sendiri. Tentunya akan jadi berbahaya jika pada akhirnya anak malah mendapat informasi yang keliru.

Untuk itulah, perlu adanya support system dari orang terdekat. Penting membangun hubungan yang sehat agar remaja punya tempat aman untuk bertanya, khususnya terkait kesehatan seksual dan reproduksi yang selama ini dianggap tabu.






0







Cerita Kusta, Stigma, dan Upaya Atasinya 
(Pict : World Health Organization)


*

Main saya kurang jauh ternyata. Saya pikir kusta atau lepra, penyakit kulit yang udah ada sejak jaman Alkitab ini udah tinggal butiran debu. Nyatanya enggak. Masih banyak aja lho pengidapnya. Indonesia bahkan jadi 3 besar negara di dunia penyumbang kasus baru terbanyak,yakni mencapai 17 ribu kasus per tahun. Wah.

Mirisnya, banyaknya jumlah kasus kusta tersebut diperparah stigma yang kadung mendarah daging di masyarakat. Penyakit kusta dianggap sebagai penyakit menular yang sangat ganas, sehingga pengidapnya kerap dikucilkan. Bukan cuma dijauhi, namun terkadang sampai dipecat dari pekerjaan.

Stigma negatif terhadap pasien kusta ini menjadi efek domino yang menyebabkan 4 aspek kesehatan lainnya akan terganggu. Mulai dari sakit mental karena pasien akan tertekan, berlanjut ke sakit sosial karena pasien akan cenderung mengurung diri dan enggan bersosialisasi, lalu merembet ke sakit ekonomi karena pasien tidak bisa bekerja. Dan yang terburuk tentunya adalah sakit spiritual karena semua stigma tersebut juga mengisolasi pasien untuk datang ke tempat-tempat ibadah dimana kebutuhan rohani dan spiritual biasanya terpenuhi.

Jelaslah masalah stigma terhadap penyakit kusta ini bukan perkara sepele dan tentunya perlu perhatian khusus untuk menanganinya. Hal ini dipaparkan dengan apik oleh Dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) dalam webinar bertajuk "Kolaborasi Pentahelix untuk Atasi Kusta" yang saya ikuti bersama rekan-rekan blogger belum lama ini.

Blogger Crony Community

Menurut Dr. Flora, diperlukan kolaborasi pentahelix atau multipihak dimana unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, serta media bersatu dan berkomitmen bersama untuk mengatasi kusta. "Sebab tidak bisa mengandalkan pihak medis saja untuk mengatasi stigma terhadap kusta ini. Kami tidak bisa bergerak sendiri, harus ada pihak-pihak lain yang mendampingi," jelas Dr Flora.

Dalam kesempatan tersebut, Dr Flora menegaskan bahwa kusta sebetulnya adalah penyakit menular yang paling tidak menular. Kusta dapat menular jika seseorang terkena percikan droplet dari penderita kusta secara terus-menerus dalam waktu yang lama. "Bakteri penyebab lepra tidak dapat menular ke orang lain dengan mudah. Selain itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita. Dengan fakta ini, sebetulnya masyarakat tidak perlu takut berlebihan atau menjauhi pasien sedemikian rupa," beber Dr Flora.

Screenshot Webinar


Masih dalam webinar yang sama, narasumber kedua yakni Wisnu Saputra, S.H, S.IKom selaku jurnalis sekaligus ketua bidang organisasi PWI Kab Bandung menjelaskan bahwa media juga aktif terlibat dalam Kolaborasi Pentahelix untuk Atasi Kusta karena punya peranan penting, yakni mengedukasi masyarakat dan menyebarkan informasi seluasnya. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi terpapar informasi yang keliru terkait kusta. "Kalau sudah mendapat informasi yang benar dan teredukasi, diharapkan masyarakat tidak lagi termakan stigma," ungkapnya

Wisnu menambahkan, di era digital seperti sekarang, peran media tidak hanya terbatas pada media-media mainstream namun juga bisa dilakukan oleh masyarakat biasa termasuk citizen journalist, blogger, dan influencer. "Langkah paling simpel yang bisa dilakukan adalah meneruskan informasi yang didapat. Secara tidak langsung, itu akan mengedukasi masyarakat lewat follower masing-masing," kata Wisnu.

Dengan demikian, tidak ada alasan untuk tidak terlibat dalam mengatasi kusta di negeri ini. Sekecil apapun peranmu, tetap akan berdampak pada eliminasi stigma kusta di Indonesia. Dan jika itu sudah kompak dilakukan semua pihak, hanya tinggal perkara waktu bahwa penyakit kusta akan benar-benar lenyap karena semua pasiennya sudah tertangani dan diterapi dengan baik.


Punya pengalaman soal penyakit kusta, atau punya kenalan dan saudara yang sakit kusta? Yuk share di kolom komentar.




Salam dari Jogja

0

 

OMEN BY HP & VICTUS BY HP, Laptop Gaming Terbaru Incaran Para Gamer


Zaman sekarang ini nge-game udah jadi bagian dari gaya hidup ya? Bahkan gamer sudah diakui sebagai profesi tersendiri yang cukup menjanjikan karena dapat meraup untung berlimpah. Meski demikian, ada pula yang hanya menjadikan game sebagai pelepas penat di sela-sela kesibukan. 


Belum lama ini, saya bersama rekan-rekan blogger berkesempatan ikut dalam sebuah launching dua laptop gaming terbaru produksi HP. Sekalipun bukan seorang gamer profesional, saya langsung jatuh hati kalau mendengar pemaparannya secara langsung meski hanya virtual. 



Lebih lengkap, akan segera saya ulas di postingan ini, ya… 



OMEN BY HP


OMEN BY HP



Laptop terbaru OMEN by HP 16 inch inh jelas merupakan incaran para gamer. Dengan spesifikasi yang jelas bukan kaleng-kaleng, laptop ini memanjakan para penggunanya dengan sejumlah fitur, yakni :



Immersive Visuals: Gameplay serba cepat tersuguhkan dengan luar biasa dalam panel IPS FHD5,6144Hz dan 100% sRGB. Untuk pertama kalinya pada Laptop OMEN, rasakan warna low blue light yang akurat dengan TUV+Eyesafe®6 dan Flicker-Free untuk menjaga mata tetap segar selama sesi gaming yang panjang. Visual yang cerah juga ada pada keyboard, dengan per-key RGB lighting diintegrasikan dengan OMEN Gaming Hub Light Studio untuk mendapatkan tampilan yang sesuai dengan tema pengaturan game apapun.


Thermal Advances: Sistem pendinginan efisien dibuat mudah dengan OMEN Tempest Cooling Technology, yang memiliki Dynamic Power, Performance Control dari OMEN Gaming Hub, dan Undervolting7. Fitur ini mengelola sistem internal dengan menghapus sumber daya yang berat secara efisien.


Gusts of Energy: HP terus berinovasi dalam desain internal dengan bilah kipas yang 2,5 kali lebih tipis dan jumlah bilah yang lebih banyak 200% dibandingkan dengan OMEN 153. Hal tersebut meningkatkan aliran udara untuk memenuhi tuntutan daya internal yang kuat. Selain itu, sesi bermain game juga dapat berlangsung lebih lama dan dapat dilakukan di mana saja, dengan kapasitas baterai yang meningkat dari 52.5Whr menjadi 83Whr4, dan masa pakai baterai selama 9 jam. 


Expand, Last, Fast: Perluasan yang sangat cepat dan sederhana dengan akses single-panel ke SSD dan RAM melalui sekrup kepala Phillips di dasar kedua laptop memudahkan pertukaran perangkat keras. Bermain game online juga tidak akan tertinggal dengan Wi-Fi6E8 dan 1x port Thunderbolt 49 yang menyediakan satu port universal untuk konektivitas yang mudah.


Greener Gaming: HP memperkuat kepemimpinannya dengan menawarkan portofolio PC paling ramah lingkungan di dunia11 dengan laptop OMEN by HP, yang bersertifikat Energy Star12 dan terdaftar pada EPEAT Silver®13. 



VICTUS by HP 


VICTUS by HP



Dilaunching di hari yang sama, VICTUS by HP tampil dengan desain elegan dalam 3 pilihan warna memukau, yakni  yaitu mica silver, performance blue, dan ceramic white. Semuanya dilengkapi keyboard backlit standar dengan font unik yang tersedia di perangkat OMEN. Fitur lainnya termasuk: 


Powerfully Compact: Layar 16 inci dengan opsi hingga FHD 144 Hz refresh rate, layar flicker-free, dan terasa seperti laptop 15 inci untuk kepraktisan pemakaian sehari-hari. Piksel yang bergerak lebih cepat dari sebelumnya dengan grafis yang didukung hingga NVIDIA® GeForce RTXTM 3060 Laptop GPU 6 GB. Kecepatan secepat kilat dan gameplay yang responsif dengan opsi hingga prosesor Intel® CoreTM i7- 11800H2 atau Mobile Processor AMD RyzenTM 5000 Series2 dengan memori DDR4 3200 MHz 16GB yang dapat ditingkatkan hingga 32GB.


Chill Drives: Ventilasi belakang yang lebar meningkatkan efisiensi termal yang didukung oleh aliran udara lima arah dan desain pipa four-heat membantu menjaga semuanya tetap dingin ketika aksi gaming memanas. Dengan opsi HINGGA 512GB PCIe® NVMeTM M.2 Gen4 SSD yang dapat ditingkatkan hingga 1TB, pendinginan laptop ini cepat dan sederhana untuk bermain game dan aktivitas lainnya.


Ultimate Control: Sudah dilengkapi OMEN Gaming Hub untuk memanfaatkan fitur internal yang kuat seperti Performance Mode dan System Vitals untuk membantu game berjalan dengan baik dan meningkatkan pengalaman bermain game dengan cara baru dan menarik. Network Booster dapat memprioritaskan bandwidth Anda untuk game dan aplikasi yang aktif, sehingga mengurangi jaringan lagging saat Anda bermain atau streaming.


Victus by HP 16 dibuat secara ramah lingkungan dengan plastik ocean bound daur ulang yang digunakan dalam pembuatan boks pengeras suara dan dasar bawah sasis14 serta kotak luar dan bantalan serat yang 100% ramah lingkungan dan dapat didaur ulang.




OMEN dan VICTUS BY HP, Incaran Para Gamer





Baik OMEN maupun Victus by HP menjadi laptop incaran para gamer karena sama-sama menghadirkan teknologi Max-Q generasi ketiga NVIDIA yang menggunakan AI dan sistem optimal baru untuk membuat laptop gaming memiliki performa lebih cepat dan lebih baik dari sebelumnya. 


Dengan spek level dewa, Laptop OMEN by HP 16 bisa dimiliki dengan harga dimulai dari Rp 24.999.000. Sementara itu, Laptop Victus by HP 16 dirilis dengan Rp 18.999.000.



Nah, kalian mau yang mana?

1


Berkat Tuhan tak selalu berupa materi. Kadang berwujud seekor kucing, teman-teman baik dan ... makanan enak. (Arako, 2020)

Rekomendasi Menu Baru Warung Tekko Palembang - kucingdomestik.com

***

"Tekko tuh artinya apa, sih?" tanya saya yang datang telat ke lantai 2 Warung Tekko Minggu (26/1) lalu. Undangan Food Blogger,  Travel Blogger, dan Influencer Gathering  yang saya terima seminggu sebelumnya menunjuk waktu setengah jam lalu. Teman-teman blogger lain sudah hadir semua. Tapi yah, mau bagaimana lagi, kan harus ke gereja dulu.

"Itu naahh… tempat air minum," sahut Bimo.

"Hah?"

"Ceret, ceret, Raa…," timpal Mbak Fainun dari seberang meja.

"Itu teko. K-nya satu …"

"Ya kan variasi aja. Kaya' mie s*dap kan a-nya banyak… s*da- a-a-ap," kata Kak Yayan yang kemudian disambut tawa.



 Saya ikutan ketawa, tapi dalam hati nggak percaya blas kalau kata Tekko di Warung Tekko itu artinya teko alias wadah air. Firasat saya mengatakan, nama itu mengandung filosofi tertentu yang maknanya tentu lebih dalam dari sekadar tempat air minum. 

Eh, betul ternyata. Selesai gathering saya dapat jawaban dari pihak Warung Tekko-nya sendiri kalau Tekko itu diambil dari bahasa Jawa yang artinya "datang". Tentunya biar banyak orang datang untuk makan ke restoran ini.

Selaku cewek jawa yang matanya sipit tapi sering dikira Batak (ini apa sih?), saya juga tahu kalo "tekko" artinya "datang". Tapi masalahnya, udah kadung susah buat saya mengubah lafal e-nya. Tekko yang berarti datang dalam bahasa jawa itu, huruf e-nya dibaca kaya di kata empat. Jadi biarlah, saya mau ngikutin sekte Bimo, Mbak Fainun, dan Kak Yayan saja yang percaya bahwa tekko itu wadah air karena lebih nyaman dilafalkan.

Mungkin agama dan kepercayaan itu sejatinya demikian, bukan melulu apa yang benar maupun diyakini, tapi juga perkara kenyamanan para pemeluknya.


Nah, ngelantur kan saya. Maaf. Itu tadi cuma intro. Sekarang mari kita lanjut ke inti sebenarnya postingan ini ... Hayuuuk, Maaangg!!!


Sekilas Tentang Warung Tekko


Warung Tekko adalah restoran keluarga yang menyediakan menu-menu tradisional khas nusantara yang bisa dinikmati semua kalangan. Sejak berdiri Januari 2009 lalu di Pantai Indah Kapuk, saat ini telah memiliki 46 cabang yang  beroperasi diberbagai kota besar beberapa provinsi di Indonesia, JABODETABEK, Yogyakarta, Jambi, Palembang, Belitung & Batam.

Khusus cabang Palembang, Warung Tekko baru merayakan ulang tahun ke-9 pada akhir Januari lalu. Dalam rangka ulang tahun inilah Warung Tekko menyiapkan menu-menu baru untuk diperkenalkan ke masyarakat. Apa saja menu barunya? Simak terus ya!


Menu Baru Warung Tekko

Iga, si penggugah selera

Warung Tekko selama ini terkenal dengan menu olahan berbahan dasar Iga yang sangat disukai pelanggan. Sebut saja variannya seperti Iga Sup, Iga Penyet, Iga Bakar Bumbu Kacang, Garang Asem Iga, Iga Cabe Ijo, Iga Goreng Tepung, hingga Konro Bakar Saus Madu.

Meski demikian, Warung Tekko punya varian masakan lain dari berbagai daerah yang beragam. Misalnya Bandeng presto, gulai kepala kakap, Sate Marangi khas Purwakarta, Pecak Nila, Soto Betawi, dan banyak lagi lainnya.

Dipilih ... Dipilih ...


Nah, adapun menu baru yang ditawarkan kali ini kian melengkapi kekayaan cita rasa kuliner nusantara di Warung Tekko. Berikut daftarnya :

- Soto Ayam
- Sate Padang
- Ayam Bakar
- Sup Ikan Tekko
- Sup Ikan Nila
- Pecel Sayur
- Ketoprak
- Fish Skin Cabe Garam
- Ceker Ayam Crispy Cabe Garam
- Mendoan
- Pecak Nila
- Bakso Tahu

Ketoprak pilihanku

Saya udah cicip semuanya. Tapi sebagai manusia setengah vegetarian, yang kadang masih suka baper dan kasihan kalau harus makan yang dari produk hewan, tentu saja saya seneng banget ada Pecel Sayur, Ketoprak, dan Mendoan di daftar menu baru. Soal rasa ga usah ditanya lah ya. Cuma sayang ada yang kurang … kurang banyak porsinya. Habis enak sih, pengen nambah terus jadinya :D

Pecel sayur + peyek kacangnya mantap!


Nah, buat kalian yang nggak masalah mau makan apa aja, saya paling rekomendasikan Fish Skin Crispy Cabe Garam. Ini kulit ikan selain rasanya gurih  unik, tekstur renyahnya itu berpadu sempurna sama pedasnya cabe yang dirajang kasar. Kriuukk banget!


Fish skin crispy, nempel di lidah juga di hati

Eh, sup Ikan Tekko dan sate padangnya juga wajib banget dicicipi. Nah, dari beragamnya pilihan menu Warung Tekko, kira-kira kamu bakal paling suka yang mana?

Kalender Cantik Penuh Voucher

Hayo, siapa yang masih belum punya kalender 2020 di rumah? Kalau belum, bisa banget lho dapetin kalender cantik dari Warung Tekko. Weits, ini bukan kalender sembarang kalender.

Mas Sidik pamer kalender penuh voucher persembahan Warung Tekko 

Marketing manager Tekko, Mas Sidik Kadarsyah menjelaskan, kalender yang dimaksud adalah bentuk promo Kado Tekko. Kalender untuk para customer ini di dalamnya berisi berbagai voucher menarik yang dapat digunakan setahun penuh dengan durasi dan jenis voucher  yang berbeda – beda tiap bulannya. "Cara mendapatannya pun mudah sekali, cukup dengan transaksi min Rp.250.000 sebelum pajak, lalu like fanpage Warung Tekko/Follow IG Tekko.official dan warungtekkopalembang ," beber Mas Sidik. 

Nah, saya dan teman-teman blogger udah puas seru-seruan (baca : bikin rusuh)  nyicipin menu baru plus menu-menu best seller-nya Warung Tekko. Bakal balik lagi dong karena berlembar-lembar voucher diskonnya masih menunggu dihabiskan.
 Kalian, kapan? 



Terima kasih, Warung Tekko!


Warung Tekko

www.warungtekko.com
FB : Warung Tekko
IG : @tekko.official / @warungtekkopalembang





Nb.
Mommy Ossas berterima kasih
pada Mas Sidik dan all crew
Warung Tekko
atas undangan serunya.
Juga sama Kak Yayan
sama Bimo yang bantuin foto-foto.
30


Catatan Mommy Ossas
sepulang kelas literasi digital
Sisternet Palembang dan Blogger
Crony Community.

Kapan Anak Boleh Punya Gadget Sendiri?

***


Ossas dan Ling Ling belum saya kasih gadget sendiri. Selain karena berbulu, bertaring, dan kakinya empat, mereka sepertinya sudah cukup puas  saya putarkan video Cat Games di YouTube seminggu sekali.


Ling Ling main gadget


Meski begitu, sama seperti semua ibu zaman now, saya juga kepo maksimal dengan jawaban pertanyaan yang jadi judul postingan ini. Selain bermanfaat untuk anak-anak didik saya di sekolah, bisa sekalian sebagai persiapan kalau nanti punya anak sendiri.

Beruntung banget bisa ikutan kelas literasi digital bareng persembahan XL Axiata melalui program Sisternet Palembang yang bekerja sama dengan Blogger Crony Community Sabtu (14/9) lalu di Loggo House Palembang.

Kelas ini benar-benar mengupas tuntas soal anak dan gadget dengan menghadirkan Tsurayya Syarif Zain, SPd.I, S.Psi, MA selaku pembicara. Nah, narasumber yang biasa disapa Mbak Aya ini adalah dosen Psikologi, konselor, sekaligus Praktisi Pendidikan & Parenting.

Mbak Aya



Melarang Penggunaan Gadget Tak Lagi Relevan


Tak bisa dipungkiri, gadget sudah jadi bagian kehidupan masa kini. Melarang menggunakan gadget sama saja mundur dari peradaban.

Mbak Aya mengungkapkan, gadget atau gawai di masa sekarang ibarat sebilah pisau. Satu sisi memang bisa berbahaya --terutama bagi anak di bawah umur--, namun juga banyak sisi positifnya yang bermanfaat, seperti :

• media pembelajaran yang efektif
• membuka peluang bergabung dengan komunitas yang positif
• pengayaan kompetensi dan kreativitas


Namun tentu saja kita tidak serta merta menutup mata akan dampak negatifnya. Sebut saja kemungkinan terpapar pornografi, kecanduan, berkurangnya fungsi motorik tubuh, hingga terganggunya zona privasi.

Dalam hal ini, khusus anak di bawah umur, penggunaan gadget memang harus tetap didampingi oleh orang tua. Jangan sampai berlebihan, apalagi mengakibatkan kecanduan.

Orang tua perlu memperkenalkan bentuk kesenangan lain di luar gadget, agar anak tidak terus menerus terfokus pada gadget. Sekalipun digunakan untuk hal-hal positif, segala sesuatu yang berlebihan tidak pernah baik. Keseimbangan dalam hidup adalah mutlak demi kesehatan fisik dan mental anak.





Kapan Anak Boleh Punya Gadget Sendiri?

Sampai akhir acara, tidak ada jawaban pasti yang saya peroleh atas pertanyaan ini. Masing-masing dikembalikan lagi pada kebijakan orang tua dan keluarga masing-masing.

Meski demikian, ada rambu-rambu yang mungkin bisa membantu para orang tua mencari waktu terbaik untuk membolehkan anak memiliki gadget sendiri, yakni :

1. Pembatasan

Meski anak boleh-boleh saja dikenalkan pada gadget sedini mungkin (sekali lagi, karena memang sudah zamannya demikian), pembatasan adalah sebuah keharusan. Batasi waktu anak dalam menggunakan gadget sesuai umurnya. Jika anak sudah bisa diskusi, ajak dia menentukan durasi dan waktu yang disepakati. Misal satu jam di akhir pekan.

Dalam hal ini, pastikan Anda konsisten dalam menerapkan aturan. Jangan lupa diskusikan juga konsekuensi yang didapat jika melanggar.

2. Pengawasan

Menurut undang-undang, seseorang yang belum mencapai usia 18 tahun masih dikategorikan sebagai anak. Artinya, orang tua masih bertanggung jawab penuh, dalam hal ini termasuk melakukan pengawasan dalam setiap aspek kehidupannya. Termasuk gadget yang dia “miliki”.

Untuk anak-anak yang masih kecil, pengawasan mungkin bukan masalah besar. Namun untuk anak yang lebih besar (remaja), hal ini seringkali menjadi dilematis karena anak sudah mengerti apa itu privasi. Orang tua tidak bisa seenak udel “merazia” ponsel anaknya sekalipun berhak, karena akan melukai perasaan anak.

Dalam hal ini, maka belajarlah menjadi tipe orang tua yang tegas sekaligus bisa diajak diskusi. Dengan demikian, anak terbiasa terbuka dan komunikatif terhadap orang tuanya. Pola asuh otoriter dan permisif tidak lagi sesuai dalam menghadapi anak zaman now.




3. Perhatikan Kematangan Emosional Anak

Banyaknya umur atau besarnya fisik bukan jaminan anak matang secara psikis dan emosional. Dalam hal ini, memang hanya orang tua sendirilah yang bisa menilai seberapa matang anak-anaknya.

Gadget dan ketidakmatangan emosional seseorang sama sekali bukan kombinasi yang baik. Kita tentunya sepakat, gadget --terutama jika sudah terhubung dengan internet bisa menjadi sangat berbahaya. Cyberbullying, pornografi, pelanggaran privasi, dan sederet kejahatan serta hal negatif lainnya bisa ditemukan dalam genggaman.

Pastikan anak sudah matang secara emosional sebelum memiliki gadgetnya sendiri.

Calon ibu terbaik masa depan 😹


Berdasarkan 3 rambu di atas, saya memutuskan untuk memberi anak saya nanti gadget sendiri jika dia terbukti :

  1. Bertanggung jawab atas dirinya sendiri, salah satunya dengan mampu mengikuti jam batasan yang selama ini diterapkan

  1. Memiliki hidup berkualitas, dalam hal ini mampu menikmati waktu dan kehidupannya di luar gadget, dan seimbang pula antara dunia dan akhirat)
  2. Bisa membangun komunikasi yang terbuka dan dilandasi kepercayaan terhadap orang tuanya. Sehingga jika menemui hal-hal yang tidak diinginkan, dia sudah terbiasa bercerita
  3. Matang secara emosional. Dia masih ngamuk kalau nggak dikasih ponsel? Masih maksa harus dibelikan smartphone tipe ini atau itu? BIG NO! Dia harus mampu mengontrol dirinya sendiri sebelum diberi kepercayaan penuh pada gadget.
  4. Nilai plus jika dia mampu memanfaatkan gadget untuk menaikkan nilai dirinya (mengasah bakat seni, belajar bahasa, berbisnis, mencari uang, dll).

Jika anak belum memenuhi standar saya ini, maka saya hanya sebatas mengenalkan atau memberinya kesempatan untuk menggunakan, namun tidak untuk memilikinya sendiri.


Terima Kasih Sisternet dan Blogger Crony Community

Terus terang, saya baru tahu tentang Sisternet itu setelah datang ke acara ini. Jadi, Sisternet itu adalah program bentukan XL Axiata yang bertujuan memberikan edukasi, khususnya literasi digital kepada kaum perempuan. Secara, kaum hawa ini lebih senang belajar bersama kaum sendiri.


Mbak Astri




Ferdinand Oktavian  selaku Head of Sales XL Axiata Greater Palembang didampingi Astri Mertiana selaku Sisternet Partnership Management XL Axiata mengatakan, sejak diluncurkan 4 tahun lalu atau pada tahun 2015, Program Sisternet telah menjadi pelopor dalam memprakarsai solusi untuk berbagai masalah sosial yang sering dihadapi oleh wanita, termasuk para ibu.


“Diperlukan pengetahuan, pemahaman dan keahlian  untuk melakukan pengawasan. Parenting Festival seperti ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi orang tua untuk memahami pentingnya adaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini,” kata Astri.

Agenda ini juga jadi ajang ngumpul para blogger Palembang sekaligus meet perdana saya dengan Mbak Wawa alias Wardah Fajri, yakni Owner Digital Kreativ Hub & Pendiri Bloggercrony Community.

Sayang waktu beliau di Palembang mepet banget, jadi nggak sempat ngobrol banyak. Well, tetap thank you banget lho, Mbak, sudah diundang ke acara kece macem ini. Ilmunya dapet, fun-nya dapet … masih dapet bonus hadiah Tumblr dan pulsa XL pula karena menang kuis 😉

Foto bersama pemenang kuis (foto : Bimo Rafandha)


Sampai jumpa lagi lain waktu.















0

Baca juga

Mimpi 15.529 Km

Tulisan ini dibuat dengan rasa rindu yang sangat, pada sosok manusia paling kontradiktif yang pernah kukenal : Papa. Mimpi 15.529 km | kuc...