Menu

Ragi Story : Desember 2023, Ketika Sukacita Natal Itu Kembali


Ragi Story : Desember 2023, Ketika Sukacita Natal Itu Kembali

Sudah lama ga update Ragi Story, padahal kami punya banyak cerita. Salah satunya adalah di Desember 2023 ini, kali pertama kami merayakan Natal dengan formasi lengkap setelah si kembar lahir. Sukacita kami sekeluarga tertuang di postingan kali ini.
___________________________________________________________________
Sewaktu kecil, aku merasa sukacita natal itu terpampang nyata. Aku ingat betapa antusiasnya Ara kecil menyambut Desember dan hari natal. Sibuk sekali pokoknya. Entah latihan menyanyi, membuat koreografi tarian untuk tampil di gereja, membantu mama membuat kue, atau sekadar menerka-nerka akan dapat baju natal baru seperti apa.

Sayangnya, sukacita dan antusiasme menyambut natal ini kian meredup seiring bertambahnya usia. Mulai mengerti rasa malu dan malas untuk sekadar tampil di acara gereja, mulai enggan juga bertemu banyak orang saat tradisi sanjo (saling berkunjung, bersilaturahmi ke rumah teman dan kerabat setiap hari raya) karena malas ditanya-tanya, serta alasan-alasan lainnya yang entah kenapa bikin Natal rasanya jadi tidak semenarik dulu saat masih kecil.

Sekitar tahun 2010-an, aku mulai merasa makin lempeng dengan Hari Natal. Tidak membencinya, namun apa ya… semacam kehilangan sprakle di hati. Saat itu keluargaku harus tercerai- berai pisah kota karena badai ekonomi yang menerpa kami. Usaha papa bangkrut sehingga semua aset harus ludes terjual. Papa, mama, kakak, nenek dan aku sendiri terpaksa berpisah karena harus berjuang bertahan hidup.

Selama beberapa tahun kemudian, aku kerap melewatkan natal tanpa keluargaku. Ketika akhirnya kemudian bisa berkumpul lagi karena aku menyusul pindah ke Palembang (dari kota sebelumnya, Bengkulu), rupanya tidak bertahan lama juga. Papa meninggal pada Desember 2017, hanya beberapa minggu menjelang Natal.

Natal terakhir bersama papa, aku bahkan ga punya foto yang resolusinya lebih baik 😭

Sejak tahun itu, aku praktis "membenci" desember juga natal. Aku terlalu sakit ditinggal pergi papaku untuk selamanya. Meski manusia memang tidak pernah terbiasa dengan lubang-lubang kehilangan, namun buatku, Desember dan Natal hanyalah sebuah momen untuk membuka lagi memori luka itu.


Tahun berikutnya kakakku satu-satunya juga sudah sibuk dengan keluarga barunya. Alhasil, natal hanya bisa kulewatkan berdua saja dengan mama. Untuk seseorang yang sangat merindukan hangatnya keluarga di setiap hari raya, aku sungguh merasa kesepian.

Natalku berteman sepi
Saat itu, aku masih merayakan Natal sepertinya hanya karena KTP-ku Kristen. Tapi jauh di lubuk hati terdalam, aku benar-benar kehilangan sukacita natal itu sendiri.

Desember 2019, Ketika Nugisuke Hadir di Hidupku

Natal bersama Nugisuke

Setelah dua tahun penuh berkutat dalam duka mengenang papa tercinta, seorang mas-mas Jogja yang stay di Bandung mendadak hadir di hidupku. Meski hanya berjumpa di udara, hadirnya ternyata mampu menarikku agar tak berkubang dalam kesepian terlalu dalam.


Papa tentu belum tergantikan sosoknya. Namun ketika aku punya seseorang yang kemudian berjanji untuk menemani hari-hari, membuatku merasa tak lagi kesepian dan sendiri. Nugi, si mas-mas Jogja itu kemudian memintaku menjadi kekasihnya di Desember 2019. Tepat ketika era pandemi resmi dimulai di Tiongkok.

Tak menyangka namun bersyukur, komitmen kami pun rupanya berlanjut. Berturut-turut Desember setelahnya kulalui dengan aman sentosa karena punya seseorang yang bisa menemaniku merayakan natal.

2020, kami merayakan Natal di Jogja. Tak lama kemudian, tepatnya di malam tahun baru 2021, Nugi melamarku dan kami resmi bertunangan.
Saat bertunangan di gereja

Tahun 2021, kami di Palembang sebagai manten anyar. Pada malam natal, kami malah di bioskop nonton Spiderman. Rencananya mau ibadah esok paginya saja. Eh malah kejebak banjir, alhasil kami melewatkan ibadah natal tahun itu. Kami hanya sempat menemani mama natalan di dusun sambil menikmati hari-hari kami sebagai manten anyar. 
Natal 2022, bersama mama dan Aya Sae di perut

Tahun 2022, kami merayakan Natal di Bandung. Tepat satu minggu setelah kami pindahan dari Jogja. Kami ga cuma berdua saat itu, sudah ada Aya Sae yang berusia enam bulan dalam kandunganku, juga mama yang baru datang dari Palembang.

Desember 2023, Ketika Sukacita Natal Itu Kembali

Desember 2023, Ketika Sukacita Natal Itu Kembali

Desember 2023 ini ada yang berbeda. Beberapa minggu sebelum Desember tiba, aku sudah memesan sejumlah ornamen penghias pohon natal di market place. 1 renceng lampu hias dan beberapa item gantungannya. Lalu membeli 5 topi Santa Claus sekaligus, masing-masing untukku, Nugi, Aya, Sae, dan mama.

Aku juga mulai hunting sejumlah hampers kue kering yang akan segera ku-check out begitu THR dari kantor Nugi cair. Termasuk memesan gula batok langsung dari Palembang untuk persiapan membuat cuko pempek.

Nugi berjanji akan mengajak kami semua ke mall menjelang Natal dengan agenda utama membeli baju baru, terutama untuk Aya Sae sambil makan di luar. Kami juga berencana membuat foto keluarga bertema natal dan mulai mereka-reka dimana tempat dan kapan timing yang tepat untuk mengambil foto.
Menghadiri Natal gabungan bertema budaya Sunda, awal Desember

Kami juga merekap jadwal-jadwal perayaan natal di gereja kami. Termasuk rencana membawa Aya Sae ikut perayaan natal khusus anak sekolah minggu.

Dengan semua rencana itu, aku jadi gelisah dan suka mondar-mandir sendiri saking excited-nya. Euforia menyambut natal sangat terasa di rumah kontrakan minimalis kami. Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali seantusias itu.

Meski demikian, semua perasaan itu terasa begitu familiar. Seperti de javu, seperti sobat lama yang bersua kembali. Aku ingat, aku ingat semua semangat ini. Aku selalu mengalaminya setiap tahun, dulu sekali. Mungkin belasan atau puluhan tahun yang lalu.

Aku tak bisa berhenti mengukir senyum di sepanjang Desember. Terlebih ketika semua rencana itu mulai terealisasi satu per satu, meski ternyata tak semulus yang direncanakan. Adaaa saja "insiden" yang mengganggu.

Beberapa insiden tersebut antara lain, lampu pohon natal yang kami beli tahun lalu rupanya hanya bertahan beberapa hari dan mati. Tambahan lampu yang kubeli dari market place rupanya kualitasnya juga buruk dan menyusul mati. Nugi jadi terpaksa beli baru yang setelah dipasang ternyata kurang panjang. Alhasil kami memutar otak untuk mengakali agar lampunya cukup (yang berhasil dengan hanya menghias ⅔ pohon natalnya. Yang menghadap tembok tidak perlu diberi lampu).
Nugisuke opname, pertengahan Desember

Insiden "terberat" adalah Nugi yang ndelalah harus opname di rumah sakit karena asthma-nya kambuh. Bagian ini mungkin kelak akan dibahas dalam tulisan tersendiri. Namun karena ini, kami harus merelakan Aya Sae batal ikut perayaan natal sekolah minggu. Issoke, girls. Tahun depan ya, Nak…

Lalu THR natal Nugi yang diproyeksikan akan turun 1-2 minggu sebelum natal, ternyata baru cair hanya beberapa hari menjelang Natal. Jadinya was was nungguin paket kue kering. Takut ekspedisi kadung overload. Untunglah, paketnya sampai sebelum Natal tiba.

Insiden berikutnya adalah ketika sesi foto keluarga tepat di malam Natal. Kami sudah mempersiapkan diri dan terutama menyiapkan mood Aya Sae agar siap difoto. Rupanya sesi pemotretan tak berjalan mulus. Aya yang biasanya banci kamera mendadak menangis meraung-raung. Kemungkinan karena kelelahan setelah belanja di mall.

Aya menangis saat sesi foto

Namun semua itu tidak sebanding dengan sukacita yang aku –kami-- rasakan. Aku bahkan sempat menangis terharu ketika ibadah Natal. Merenungi betapa baiknya Tuhan pada keluarga kami. Mensyukuri setiap penyertaan Tuhan di sepanjang tahun 2023. Bersyukur. Bersyukur. Bersyukur. Bersyukur ga habis-habis pokoknya.
_________________________________________________________________________________

Pada akhirnya, Natal selalu berbicara tentang kasih. Bagaimana kasih Tuhan hadir dalam hidupmu. Bagaimana kamu hidup dengan mengasihi Tuhan dan sesamamu.

Aku sendiri merasakan kasih Tuhan nyata hadir di rumahku, yang kini lengkap berisi orang-orang terkasihku. Aku masih ingin merayakan banyak natal dan natal lagi bersama mereka. Bukan hanya tahun 2023 ini, namun di tahun-tahun berikutnya juga. 


Has been written with a grateful heart and a bunch of thanks, for those that I Love the most :

Nugi, best husband in this universe.

Aya dan Sae, our little angels from heaven.

Mama, my super and wonderful woman ever.

Wouldn't be Christmas without all of you, guys!

(Bandung, akhir tahun 2023)




2 komentar:

  1. I'm glad to be your Christmas, beb.

    Berbeda denganmu, aku tak pernah merasakan bagaimana meriahnya perayaan Natal di rumah. Tak pernah ada Pohon Natal, apalagi kue-kue dan doa bersama. Maka denganmu, Aya, dan Sae, ketika impian Nugi remaja itu jadi nyata, Natal 2023 adalah Natal paling berkesan!

    Dari dulu, aku ingin punya keluarga kristenku sendiri, and thank God I have it this year.

    Satu lagi mimpiku soal Natal, pengen ngerasain Natalan di luar negeri!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga segera terwujud ya natalan berempat di luar negeri

      Hapus

Baca juga

Mimpi 15.529 Km

Tulisan ini dibuat dengan rasa rindu yang sangat, pada sosok manusia paling kontradiktif yang pernah kukenal : Papa. Mimpi 15.529 km | kuc...