Menu




Saya sempat merasakan minyak goreng seharga Rp 40 ribu rupiah untuk pouch 2 literan. Saat itu saya dan Nugi baru kembali ke Jogja setelah trip 3 kota (Palembang, Bengkulu, Bandung) di musim libur nataru. Harga minyak goreng tersebut cukup mahal memang untuk ukuran kantong ibu rumah tangga. Beruntung, saya punya voucher belanja hasil menang lomba IG story sebuah produk deterjen. Jadi tinggal menukarnya saja.


Saat itu meski minyak goreng harganya meroket, namun produk masih tersedia di sejumlah minimarket atau swalayan. Namun ketika saya mencoba membeli beberapa minggu lalu, stoknya raib. Padahal harganya sudah "dinormalkan" pemerintah, yakni maksimal Rp 28 ribu untuk pouch 2 liter.


Untunglah saya punya aplikasi belanja di ponsel milik jaringan minimarket punya si merah dan si kuning. Aplikasi tersebut membantu saya mengecek ketersediaan stok minyak goreng, sehingga tidak perlu repot ngecek ke tokonya langsung setiap hari setiap saat. Bahkan kalau stok tersedia, bisa check out langsung dari aplikasinya.


Kalau saya iseng mau nimbun mah gampang sekali. Meski pembeliannya dibatasi per orang, saya tinggal ajak Nugi dan anak tetangga buat beli.


Tapi terus saya mikir buat apa?


Bukannya panick buying malah akan bikin keadaan makin kacau?


Dan saya memilih memaksa diri saya untuk tenang. Untuk belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada. Saya beli minyak secukupnya, 2 pouch untuk sebulan, itu pun yang satu pouch saya antar ke rumah mertua.


Saya lalu mengurangi menu-menu gorengan. Ayam goreng yang biasa jadi menu andalah karena praktis, belakangan mulai berganti jadi opor, tongseng, rica rica, atau rendang.




Ya, butuh effort lebih memang untuk mempelajari resep-resepnya. Tapi untunglah, semuanya terbayarkan. Nugi tidak pernah komplain dengan menu apapun yang saya sajikan. Piringnya juga selalu licin tak bersisa.

Saya lega, ternyata saya baik-baik saja. Rumah tangga kami baik-baik saja meski minyak goreng langka. Meski kami harus pintar-pintar mencukupkan diri dengan stok minyak yang ada.


Semoga yang baca ini juga baik-baik saja ya...



Bonus :


Kucing pacaran di Pantai Panjang



1

Honest review soal rangkaian produk Scarlett Bodycare ini sudah ditulis Si Emak Kucing Kampung tepat habis tahun baruan kemaren. Tapi baru sempat posting sekarang. Maklumin ya gaes 😙


Review Scarlett Body Care


Yuhuuuu, selamat tahun baru yang udah telat ....

Mommy Ossas alias si Emak Kucing Kampung ini kembali lagi ke realita setelah liburan akhir tahun sekaligus honeymoon. Kan masih terhitung manten baru ini ye kan, hehehe ...

Btw pas nikahan saya beberapa bulan lalu kan ada teman yang ngadoin rangkaian produk perawatan badan dari Scarlett. Dikasihnya yang varian romansa dan overall saya ngerasa suka dan cocok sama produk Scarlett ini (ya ampun makasih lho cyin yang udah kasih kado).

Nah, pas udah habis dipake dan pengen beli lagi karena nagih, di official store-nya ada banyak varian lain ternyata. Dan… entah karena lapar mata atau khilaf semata, akhirnya aku ngeborong Scarlett bodycare yang varian lain dong. Apa aja tuh?

Rangkaian Scarlett Body Care

1.Scarlett Body Scrub Coffee
2.Scarlett Brightening Shower Scrub Jolly
3.Scarlett Fragrance Body Lotion Jolly

Nah, hasil khilafan Scarlett saya tersebut dan hasil akhir pemakaiannya selama 2 Minggu bakal saya ulas lengkap di postingan kucingdomestik.com kali ini.



Scarlett Body Scrub Coffee, Rileks Bersama Aroma Kopi yang Memikat

Saya bukan pecinta kopi sebetulnya (lambung tidak kuat untuk konsumsi), tapi suka aromanya. Setelah menikah, jadi makin suka dengan aroma kopi karena rajin bikinin untuk suami yang kopiholic.

So, pas tahu Scarlett punya varian Coffee untuk Body Scrub, saya jadi ga tahan pengen coba. Sebelum beli, saya ngebayangin kalau dipake nantinya bakal kaya luluran sama kopi.

Pas paketnya sampai jelang tahun baru kemaren, langsung berbunga dong. Packaging produk-produk Scarlett emang ga pernah ngecewain. Meski standar kaya body scrub pada umumnya, tapi terdapat lapisan pengaman plastik yang bikin scrub nggak belepotan. Ini nilai plus sih buat saya. Belum lagi desain warna dominan cokelat yang ngademin mata banget ini. Suka. Elegan aja gitu lihatnya.

Scarlett Body Scrub Coffee

Berikutnya adalah aroma dan teksturnya. Dari awal udah suka banget sama aroma kopi yang menguar begitu kemasan Scarlett Body Scrub ini dibuka. Sama sekali bukan tipe aroma yang menyengat sampai bikin pusing itu, tapi aroma yang sopan banget masuk hidung dan auto kasih efek relaksasi ke tubuh. Kalau kalian pernah mencium aroma kopi yang lagi digiling, nah mirip kaya gitu tuh cuma ada tambahan manis-manisnya.

Dan tekstur body scrub Scarlett ini juara banget sih karena buliran-buliran scrubnya lembut. Sama sekali nggak sakit saat diaplikasikan. Cara pakainya sama aja kaya body scrub pada umumnya, gunakan pada seluruh saat kering, tunggu 2-3 menit, lalu bilas hingga bersih. Mayan buat me time di kamar mandi setelah penat beraktivitas seharian.

Kesan yang langsung bisa dirasakan setelah penggunaan Scarlett Body Scrub Coffee ini adalah badan terasa segar dan kulit lebih halus. Memang ada klaim yang bilang mampu mencerahkan kulit karena produk ini mengandung Glutathione, Vitamin E, dan Collagen. Namun klaim ini belum tampak dalam satu dua kali pemakaian.

Bagaimana hasilnya setelah rutin pemakaian 2 Minggu dan dibarengi rangkaian produk Scarlett bodycare lainnya? Simak terus postingan ini sampai selesai ya …


Scarlett Brightening Shower Scrub Jolly, Bersih Maksimal dengan Aroma "Mahal"


Scarlett Shower Scrub varian Jolly ini menarik perhatian saya di OL Shop karena warna oren-nya eyecatching (eh, Oren kan ya ini? 🤣). Pas datang paketnya rapi banget karena dibungkus bubble wrap. Aman sentosa sampai Jogja, ga bocor atau rembes sama sekali meski isinya cairan. Mantap, Gan!

Well, sebetulnya saya nggak terlalu suka desain kemasan botol plastik beningnya karena terlalu "biasa" atau malah terkesan murahan. Yah, tapi kata orang kan jangan lihat buku dari sampulnya ya? Yang penting gimana isi di dalamnya.


Scarlett Shower Scrub Jolly

Pas paket ini sampai, saya lagi siap-siap liburan ke luar kota. Kemasan  Scarlett Shower Scrub ini sebetulnya aman dan mudah dibawa kemana-mana, tapi ukuran kemasan 300 ml ini buat saya masih agak kegedean untuk Travelling. So, saya akalin dipindah dulu isinya ke beberapa botol yang lebih kecil. Next berharap banget Scarlett mau ngeluarin yang travel size yang bakal berguna banget buat couple blogger traveler kaya saya dan suami ini.

Karena kemasannya bening, dari luar udah terlihat kalau Scarlett Shower Scrub Jolly ini berupa cairan kental dengan buliran scrub di dalamnya. Tutup flip top yang rapat juga memudahkan saat menuang produk, minimalisir tumpah di kamar mandi yang cenderung licin.

Seperti sabun mandi pada umumnya, Scarlett Shower Scrub ini berfungsi untuk membersihkan tubuh dari kotoran. Buliran scrubnya bikin proses pembersihannya jadi lebih maksimal.

Tapi menurut saya, Scarlett Shower Scrub Jolly ini lebih dari sekadar sabun mandi karena aromanya yang nggak biasa, gengs. Gimana ya menjelaskannya? Wanginya itu super kaya karena perpaduan Coffee, Jasmine, Cedar Wood, dan Vanilla. Ini cocok banget buat kalian yang suka tipe aroma unisex kaya saya, feminin dan maskulin sekaligus.

Setelah pemakaian, memang badan terasa bersih dan segar. Namun entah kenapa Scarlett Shower Scrub ini agak susah dibilas menurut saya. Masih terasa agak licin meski sudah disiram air berkali-kali. Well, ini ga masalah untuk yang emang suka mandi berlama-lama atau suka me time di kamar mandi, tapi kalo lagi buru-buru jadi kurang praktis.

Tapi karena aroma "mahal"nya tahan lama dan klaimnya yang mampu membersihkan tubuh dengan maksimal juga terbukti, kekurangan Scarlett Shower Scrub Jolly ini dimaafkan deh. Masih akan tetep pake akunya.

Scarlett Fragrance Brightening Body Lotion Jolly, Formula Cetar Sempurnakan Misi Glow Up

Perawatan tubuh ga akan sempurna tanpa body lotion. Body lotion keluaran Scarlett ini bikin kepo mau nyoba karena dominasi warna peach di kemasannya menarik banget. Terus desain botolnya ada aplikator pump yang dilengkapi lock-unlock pada bagian tutup sehingga aman ga gampang tumpah. Tinggal pencet-pencet aja.

Scarlett Body Lotion Jolly

Cuma sama kaya shower scrubnya, ukuran kemasan 300 ml ini masih kegedean kalo dibawa traveling. Ya emang cocoknya buat me time di rumah sih, tapi saya berharap banget Scarlett bisa sediakan kemasan khusus yang travel size.

Pas saya coba pertama kali setelah mandi, aroma manis parfume khas yang lembut banget langsung tercium. Seperti wangi YSL Black Opium Eau de Parfume. Yang mencengangkan, aroma body lotion ini rupanya bertahan cukup lama sampai kaya'nya ga perlu pakai wewangian apapun lagi. Waahh 😍😍



Kalo tekstur, nothing special sih. Kaya body lotion pada umumnya. Tapi Scarlett Body Lotion Jolly ini tipe yang mudah meresap ke kulit dan nggak meninggalkan bekas lengket sama sekali.

Saya punya masalah kulit kering, terlebih saya tipe cewek aktif yang suka beraktivitas di luar ruangan. Tapi sejak rutin pakai Scarlett Body Lotion ini, nyaris ga berasa kering lagi karena lotion ini bikin kulit lembap.

Body Lotion Scarlett varian Jolly ini menggunakan Glutathione dan Vitamin E sebagai bahan pencerah kulit. Apakah benar-benar bisa mencerahkan?

Dalam satu dua kali pemakaian, efek yang langsung berasa adalah lembap dan segar. Kalau derajat kecerahan sepertinya belum terlihat. Tapi tidak ada jalan instan untuk hasil maksimal, butuh waktu dan konsistensi.

Jadi, saya terus memakai rangkaian produk perawatan tubuh Scarlett ini sampai setidaknya 2 Minggu untuk melihat hasilnya.

Hasil Pemakaian Setelah 2 Minggu

Kulit saya sempat gosong dan belang-belang karena sering main di pantai saat liburan. Namun setelah rutin memakai rangkaian body care Scarlett ini, bisa lihat sendiri perbandingannya di foto.





Kulit saya memang tidak serta merta cetar kek Mbak Felicya Angelita, karena tone dasarnya emang cenderung gelap dari sononya. Tapi jejak gosong dan belang terutama di tangan dan kaki sudah pudar dan nyaris tak bersisa. Di bagian kulit lain yang tidak kena sunburn juga semakin cerah. Kulit pun makin terasa halus, lembap, dan ga bersisik lagi.

Suami juga bilang saya makin segeran. Wah, lampu ijo nih sepertinya dari Bebeb 😍 Mana harganya terjangkau ye kan, cuma Rp 75 ribu per itemnya.


Apakah saya masih akan terus pake produk Scarlett setelah ini? Iyes banget! Karena di saya setidaknya terbukti cocok dan aman karena ga bikin iritasi atau masalah kulit lainnya.

Semua produk Scarlett juga sudah teregistrasi BPOM. Dan yang terpenting, nggak dilakukan uji coba ke binatang. Ini penting penting banget buat animal lovers kaya saya.

Buat yang pengen nyobain, sekarang lagi ada harga paket hemat yg 5 item tuh. Harganya Rp 300.000 sajo (udah dapet box exclusive+free gift). Barusan cek di IG-nya @scarlett_whitening , klik aja link di-bionya gaes ( https://linktr.ee/scarlett_whitening) . Udah lengkap semua infonya di sana.


Sekian dulu postingan Si Emak Kucing Kampung hari ini. Salam dari Jogja, yang selalu istimewa seperti kalian yang udah mau baca dan setia ninggalin jejak di kolom komentar.

0


Alasan Uang dan LM adalah Kado Pernikahan Terbaik


Waktu saya dan Nugi menikah bulan September lalu, saya sudah woro-woro ke teman terdekat untuk tidak memberi kado pernikahan berupa barang. Saya terang-terangan buat pengumuman di media sosial kalau akan sangat berterima kasih jika mereka berkenan memberi "mentah"nya saja alias uang tunai atau transferan. Jika memang segan atau canggung sekali memberi uang, yah, Logam Mulia (LM) boleh lah. Buat saya LM sama saja dengan uang tunai, hanya berubah bentuk saja.

Bagi sebagian orang, hal yang saya lakukan ini mungkin tabu atau malah dianggap tidak tahu malu. Sudah untung ada yang mau ngasih, kok malah ngelunjak. Bukankah kado dan hadiah itu tergantung keikhlasan si pemberi?

Namun saya yang punya alasan kuat dan tahu apa yang terbaik untuk diri saya sendiri ini sudah siap dengan segala risiko dikata-katain atau dirasani dalam bentuk apapun. Ketimbang tetap menerima kado berbagai bentuk tapi tidak terpakai, ye kan?

Nah, langsung saja, berikut Alasan-alasan Uang dan LM adalah Kado Pernikahan Terbaik versi Mommy Ossas, Si Emak Kucing Kampung :

1. Setiap Orang Punya Favoritnya Sendiri

Setiap orang punya favorit terkait barang yang akan dia pakai. Entah brand atau warnanya.

Pengantin baru (terutama wanita), seringkali sudah merancang akan mendekor sedemikian rupa tempat tinggal barunya dengan suami. Kamar tidur bernuansa abu-abu, dapur hijau lumut, ruang tamu hitam-putih, dlsb.

Namun kado barang yang diterima umumnya membuyarkan semua rancangan itu. Dapat kadonya malah bed cover warna jingga menyala, gelas mama papa warna ungu buah naga, bingkai foto motif Keropi dan bunga-bunga, dst.

Kasus lain, sudah kepingin sekali ricecoocker merk A sejak lama, eh dapat kadonya merk B yang jauh dari harapan si pengantin baru. Entah speknya di bawah standar, atau pilihan warna dan modelnya tidak sreg. Intinya tidak sesuai selera, tidak cocok dengan hati. Mau tidak dipakai mubazir, nekat dipakai kok bikin sepat mata.

Nah, hal semacam ini tidak akan terjadi jika kadonya berupa uang. Si pengantin baru akan bebas memilih barang sesuai dengan keinginan dan seleranya.

2. Tidak Mubazir

Masih berkaitan dengan poin no 1, kado barang seringkali tidak dibutuhkan oleh pengantin  baru. Atau dibutuhkan, namun ada yang memberi suatu barang yang sama lebih dari satu orang.

Saya pernah membantu seorang teman membuka kado-kado pernikahannya, dan dia menerima banyak sekali handuk dan bed cover. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Bukannya tidak bersyukur, namun harus diapakan handuk dan bed cover sebanyak itu?

Mau disimpan makan tempat, mau dijual atau diberikan orang lain lagi tidak enak hati karena bagaimana pun itu pemberian. Tidak etis dipindahtangankan begitu saja. Pada akhirnya kado-kado itu hanya teronggok mubazir, didiamkan tak terpakai bahkan hingga bertahun-tahun kemudian sampai dimakan rayap.

Lain halnya jika dalam bentuk uang tunai. Pengantin bisa menyeleksi sendiri barang-barang sesuai dengan kebutuhannya dan tinggal pilih mau beli yang mana.

3. Praktis

Beberapa teman saya masih ada yang memberi saya kado barang, kemungkinan karena tidak tahu bahwa saya sudah woro-woro di sosmed minta di"amplop" atau dikirim LM saja. Namun dengan berat hati, hampir semuanya saya tinggalkan kado-kado tersebut di Palembang karena sangatlah repot membawanya pindah ke Yogyakarta.

Setelah sampai di Jogja, Mbak Rianti, seorang teman sesama blogger malah ada yang ingin memberi kami kado mesin cuci. Beruntung dia konfirmasi dulu, sebab rumah kontrakan kami masih berupa rumah petak. Hanya ada satu ruangan, satu kamar mandi, dan teras yang ukurannya tidak luas-luas amat.

Meski mesin cuci adalah barang yang sangat kami butuhkan, namun kondisi tempat tinggal kami sekarang belum memungkinkan untuk punya mesin cuci. Untunglah, setelah kami jelaskan kondisinya, Mbak Rianti berkenan mengalihkan kado mesin cucinya dengan transferan bank.

Well, tidak masalah jika pengantin baru punya rumah luas atau gudang tersendiri untuk menampung kado-kado barang yang belum terpakai. Jika kondisinya seperti kami? Ribet cuuuyy!

Nah, uang dan LM adalah kado yang jauh lebih praktis dan jelas tidak makan tempat, bukan? No ribet ribet club meski harus pindah ke kota mana pun dengan tempat tinggal sekecil apa pun.

4. Bisa untuk Tabungan dan Investasi

Pernikahan sesederhana apapun akan tetap membutuhkan uang. Kado berupa uang akan sangat terasa sekali manfaatnya bagi para pengantin. Bisa buat nambah-nambahin biaya sewa tenda atau dekorasi atau malah biaya honeymoon.

Jika semua kebutuhan pernikahan sudah terpenuhi, uang dan LM masih tetap bisa jadi tabungan atau investasi. Jelas lebih bermanfaat untuk hari-hari pengantin ke depan kan?

___________________________________

Ada yang mau menambahkan alasan uang dan LM adalah kado pernikahan terbaik?

Tidak masalah lho jika ada yang tetap menganggap kado barang di hari pernikahan lebih baik. Saya dan Nugi saja berbeda pendapat kok soal ini. Meski Nugi juga mengakui kado uang dan LM lebih sesuai dengan kebutuhan para pengantin baru, namun dia sama sekali tidak menolak kado-kado berupa barang.

Nugi tipikal orang yang memberi nilai pada barang, sementara saya lebih melihat sisi manfaatnya. Nugi betah mengoleksi barang-barang yang menurutnya punya kenangan, tapi menurut saya sudah layak dibuang karena bikin rumah penuh dan berantakan.

Nah, kalau kalian, lebih suka kasih kado uang atau barang?

Apapun pilihanmu, sebaiknya saat memberi hadiah pikirkanlah dari sudut pandang si penerima. Jangan egois memilih barang tertentu hanya karena kamu INGINnya kasih itu. Terlebih jika sampai memaksakan selera sendiri ketimbang selera di penerima.

Sampai jumpa di postingan selanjutnya...

Salam dari Jogja yang selalu istimewa, seistimewa kalian yang berkenan meninggalkan jejak di kolom komentar.

Bonus : 




5


Dalam Postingan kali ini berisi pengalaman saya menggunakan produk masker Scarlett untuk mengatasi masalah wajah pasca-menikah.





Finally, i'm officially married, gaes.

Puji Tuhan, saya sudah resmi menikah dengan Nugi, yang juga sesama blogger, pada September 2021 lalu. Sekarang memang lagi masa-masa menikmati kehidupan manten anyar alias pengantin baru.

Tapi tahu enggak? Pascamenikah, saya sempat mengalami masalah wajah yang cukup meresahkan. Mendadak ada bercak kemerahan yang muncul di wajah bersamaan dengan bintik bintik milea yang mulai merajalela. Belum lagi jerawat besar yang muncul di bawah hidung sampai bikin saya harus pakai plaster agar nggak dipencet-pencet (maklum,nyaris ga pernah jerawatan sebelumnya).



Saya kurang tahu penyebab persisnya, entah karena kurang cocok dengan make up saat hari H, atau peralatan yang digunakan untuk merias kurang steril. Bisa juga karena bawaan stress dari sejak jelang menikah.

Beruntung, di antara sekian banyak kado pernikahan saya, ada yang ngadoin rangkaian produk perawatan wajah scarlett. Yang menarik, ada yang kasih masker segala. Wah, saya baru tahu nih Scarlett punya produk masker juga.

Berhubung lagi banyak waktu luang, belum bisa kemana-mana dan suami masih WFO, akhirnya kami maskeran bareng-bareng sekalian quality time. Thank God, dikasih suami yang manut manut aja diajak maskeran 😂😂



So, berikut review Scarlett Herbalism Mugwort Mask dan Scarlett Seriously Soothing & Hydrating Gel Mask versi si emak kucing kampung.

Btw, berhubung ada dua varian masker Scarlett yang saya coba dan namanya belibet (please mbak Felicya Angelista, kalo kasih nama brand yang gampang diinget aja dong, susah ini nulisnya 😭😭), di tulisan ini saya bahas maskernya berdasarkan warna aja ya. Scarlett ijo untuk Scarlett Herbalism Mugwort Mask dan Scarlett pink untuk Scarlett Seriously Soothing & Hydrating Gel Mask.


Kemasan, Tekstur, dan Aroma



Baik Scarlett Ijo maupun pink, keduanya pake kemasan jar kaca yang bening. Makaci banget lho buat yang udah ngadoin, kemasannya rapi banget. Dari pabriknya juga udah rapi sih, sama sekali nggak rembes atau tumpah meski udah bertumpuk-tumpuk dengan kiriman kado nikahan yang lain. Wajar sih, ada "double protection" di dalamnya.

Selain itu, saya suka kedua masker Scarlett ini sudah dilengkapi dengan mini spatula untuk memudahkan penggunaan. Ga perlu repot beli spatula sendiri, udah tinggal pakai.

Untuk masker ijo, teksturnya kaya masker mud pada umumnya. Ijo pekat mirip pasta. Tekstur yang lembek begitu baru diaplikasikan ini bikin masker ijo tetap terasa lembut di kulit meski sudah mengering.

Aroma green tea yang segar langsung menguar begitu kemasan di buka. Jadi pengen dijilatin di hari yang panas.. Eh 😂😂

Sementara untuk masker pink, teksturnya sedikit lebih encer karena tergolong gel mask. Ada potongan kelopak bunga halus halus di dalamnya. Aromanya juga lebih soft. Begitu diaplikasikan, agak kurang berasa sensasi bermaskernya sih. Lebih kaya sensasi pake serum doang yang bikin lembap.



Kalau di-battle, saya lebih suka pake yang masker ijo. Eh, tapi ini untuk sensasi bermaskernya aja ya. Untuk hasil akhir, nanti dulu. Lanjut baca terus review Scarlett Mask ini sampai selesai ya.


Kandungan dan Manfaat

Sedikitnya ada 10 kandungan di Scarlett masker ijo. Seperti nama resminya yakni Scarlett Herbalism Mugwort Mask, masker ijo ini mengandung Mugwort Extract.

Apa sih Mugwort? Mugwort itu tanaman herbal sejenis teh dalam keluarga Asteraceae, nama latinnya sendiri adalah Artemisia vulgaris L. Penampakannya mari lihat di foto berikut.




Mugwort kaya Vitamin E sehingga mampu menghidrasi dan menenangkan kulit. Fungsinya juga sebagai anti-inflamasi membantu meredakan peradangan pada kulit berjerawat. Manfaat anti-inflamasi ini juga didukung oleh Chlorophyllin. Selain itu, Chlorophyllin membantu menghambat bakteri penyebab jerawat.
Selain itu ada vitamin C yang membantu mengurangi kemerahan karena paparan sinar UV-B, menyamarkan hiperpigmentasi sehingga dapat mencerahkan kulit, mengurangi tanda-tanda penuaan, dan melawan radikal bebas.

Oh, jangan lupakan si matcha alias bubuk teh hijau. Green Tea powder udah tenar sih sebagai bahan produk kecantikan dengan manfaat mengurangi kadar minyak dan melawan bakteri penyebab jerawat, sehingga cocok digunakan untuk kulit berminyak dan berjerawat.

Seolah belum cukup, masih ada kandungan Bamboo Charcoal dan Enkapsulasi Salicylate untuk mengangkat sel kulit mati dan membersihkan pori-pori.

Ada juga kandungan Niacinamide yang meredakan iritasi kulit berjerawat, menyamarkan pori-pori, mengendalikan produksi minyak pada wajah, dan menyamarkan bekas jerawat.

Untuk yang suka was was kulit kering habis maskeran, ga perlu takut karena ada Galactosyl Salicylate yang bersifat melembabkan. Lengkaaappp cuuuyyy!!!


Next, giliran kandungan Scarlett masker pink. Ada 7 berry extract, ginseng extract, Centella Asiatica Extract, dan Watermelon Extract.

7 berry extractnya bermanfaat untuk menghidrasi kulit, meredakan peradang,membantu melawan radikal bebas, meningkatkan produksi kolagen, membantu mencerahkan kulit, mencegah tanda-tanda penuaan dini, serta mengangkat sel-sel kulit mati untuk membantu mencerahkan kulit.

Ginseng Extract di dalam masker pink ini juga kaya manfaat. Dari mulai meningkatkan produksi kolagen, mengatasi penuaan dini, menyeimbangkan kadar minyak pada kulit, dan bersifat anti inflamasi sehingga mengurangi gejala peradangan seperti kemerahan dan pembengkakan. Nggak cuma buat minuman, ternyata ekstrak ginseng juga banyak kegunaan untuk produk kecantikan.

Centella Asiatica Extract alias daun pegagan bermanfaat untuk melawan radikal bebas, mempercepat penyembuhan luka, menghidrasi kulit, membantu menenangkan kulit, meningkatkan produksi kolagen, mencegah kulit kering, mencegah iritasi, serta mengurangi dampak kemerahan.

Semangka yang mengandung vitamin A, vitamin C, dan Lycopene, berkhasiat menangkal radikal bebas, mencegah garis-garis halus pada kulit, serta mengatasi jerawat. Ini membantu menjaga kelembaban kulit juga.

Masker pink Scarlett ini juga mengandung Allantoin dan grape water yang menjaga kulit tetap terhidrasi. Allantoin juga berguna untuk menghaluskan kulit dan mempercepat penyembuhan luka.

Fungsi anti inflamasi juga didukung oleh Rose Water dan Niacinamide. Niacinamide juga menyamarkan pori-pori, mengontrol produksi minyak, dan menyamarkan bekas jerawat.

Kandungan berikutnya, Sea Cucumber. Dengan kandungan peptide dan linoleic acid, sea cucumber bermanfaat untuk memperbaiki kulit rusak dan sebagai antioksidan.

Masker pink Scarlett ini juga mengandung
Rosa Gallica, yang kaya akan vitamin C. Kelopak bunga ini membuat kulit tampak lebih bercahaya, dan bikin maskernya tampak cantik dan unik.


Cara Pemakaian
Nothing special, sama aja kaya pake masker pada umumnya. Yang penting wajah dicuci dan dikeringkan dulu agar bersih. Lalu oleskan masker secara merata di seluruh bagian wajah kecuali mata, area bibir, dan mulut. Jangan kena lubang hidung juga ya. Hehehe…

Diamkan selama 15-20 menit, hindari bicara, atau tertawa.
Setelah masker terasa kering dan kulit wajah terasa agak tertarik, bilas masker dengan air hingga bersih tanpa ada yang tertinggal.

Setelahnya, saya akan lanjutkan dengan pemakaian rangkaian produk facecare Scarlett yang lain, seperti toner, serum, dan krim muka Scarlett.

Hasil Pemakaian Satu Bulan

Saya rutin memakai masker Scarlett ini rutin dua kali seminggu. Ketika baru dipakai, efek yang jadi klaim-klaim produk ini masih belum kentara. Rasanya hanya lembap dan halus saja.

Namun setelah sebulan pemakaian, masalah-masalah kulit manten anyar saya nyaris tak bersisa. Bercak kemerahan seperti iritasi lenyap, jerawat hilang, dan hanya menyisakan sedikit bintik milea. Mungkin akan hilang sepenuhnya nanti dengan pemakaian lebih rutin.




Bonusnya, saya masih bisa ngaku sebagai anak kuliahan karena terlihat segar dan awet muda. Mungkin antiagingnya Scarlett mulai bekerja.

So, ga usah ditanya apakah saya akan lanjut pakai masker Scarlett ini atau enggak. JELAS IYA DONG DIPAKAI TERUS.

Terlebih, Scarlett Herbalism Mugwort Mask(ijo) dan Scarlett Seriously Soothing & Hydrating Gel Mask (pink) ini aman digunakan untuk ibu hamil dan menyusui karena tidak mengandung bahan berbahaya (eh, tapi tetep harus dikonsultasikan ke dokter masing-masing dulu ding, mana tau ada alergi atau masalah tertentu).


Produk Scarlett mask ini juga sudah diregistrasikan di BPOM RI. Aman gaesss.. Mana harganya masih ramah kantong, Rp 75 ribu sajo. Hehe, maklum, manten baru banyak kebutuhan lain untuk ngisi kontrakan.

Untuk kalian yang pengen nyobain, bisa nih diintip langsung di https://linkt.ree/scarlett_whitening .



Salam dari Yogyakarta yang selalu istimewa, seistimewa kalian yang setia ninggalin komentar di sini..

0


Scarlett Brightly Essence Toner


Saya suka boba, terutama kalo ada embel-embel brown sugar-nya. Tapi ya tahunya boba itu ya diminum, bukan dipake skincare-an. Lha ini Scarlett malah keluarin produk skincare baru berupa toner yang ada bobanya. Eh, beneran ini lho. Nggak percaya? Nama produknya Scarlett Brightly Essence Toner (CMIIW, ada varian acne series-nya juga kalo nggak salah khusus untuk kalian yang jerawatan). 


Di tulisan kali ini, saya akan review pemakaian Scarlett Brightly Essence Toner. Produk ini baru dikeluarkan Scarlett untuk melengkapi rangkaian produk Facecare Brightly series yang udah ada sebelumnya. 


Berawal dari khilaf harbolnas berapa minggu lalu, paket berisi Scarlett Brightly Essence Toner-nya sampai juga ke Jogja. Buat yang belum tahu, saya begitu menikah udah nggak tinggal di Palembang lagi, tapi ikut suami ke Jogja. 


Reaksi pertama pas buka? Langsung excited dong, karena ternyata beneran ada butiran-butiran boba yang berendam di dasar kemasannya. Jadi pengen segara minum, eh pake… soalnya langsung kebayang segarnya. 


Btw karena ini toner, pemakaiannya tentu dibarengkan dengan rangkaian produk face-care Scarlett lain yang udah rutin duluan saya pakai karena cocok. Macem facewash, day n night cream, juga serum. 


Wah, keren juga nih Scarlett, makin lengkap aja produk-produk perawatan kulitnya. Next tolong cleanser-nya sekalian ya Mbak Felycia Angelista😘


Bhaiquelah, ga usah kebanyakan intro, berikut review-nya gaes… 



Packaging Cantik dan Aman


Waktu pertama kali keluarin dari kotak, langsung jatuh cinta lho sama kemasan toner Scarlett ini. Seperti rangkaian brightly series lainnya, warnanya pink cantik yang manjain mata. Kemasannya didesain macem spray alias pake pump sehingga tidak mudah tumpah. Bahkan misal sekalipun lupa nutup. Tinggal pencet secukupnya, taro di kapas, aplikasikan deh. 



Tekstur Ringan dan Sensasi Segar


Sebenernya tekstur essence toner scarlett whitening nyaris sama saja dengan toner pada umunya. Wujudnya cair, ringan dan mudah sekali menyerap di kulit. Aromanya juga lembut dan sopan banget masuk ke hidung. 


Namun sensasi berbeda langsung berasa Bedanya saat toner di aplikasikan. Saya agak kaget sih waktu pertama kali pakai, karena terasa dingin di kulit dan ada sensasi nyelekit nyelekit yang agak perih gitu sehingga agak kurang nyaman. Kulit saya memang agak sensitif kalau baru ganti produk. 


Tapi setelah terbiasa pemakaian beberapa hari, makin lama makin nyaman dan segar. Saya justru malah jadi nagih dengan sensasi yang tadinya terasa nyelekit itu. Ibarat makanan atau minuman itu semacam ada kandungan mint-nya. Bedanya ini terasa di kulit, bukan di lidah. 


Segar. 




Kandungan Boba yang Kaya Manfaat




Jadi Scarlett Essence Toner ini bukan cuman toner biasa. Toner ini mengandung essence yang mengandung manfaat lebih banyak dari toner kebanyakan. Kalau toner pada umumnya punya fungsi menyeimbangkan pH kulit setelah cuci muka, essence bermanfaat memberikan kelembaban dan juga menutrisi kulit. Wah, double double dong manfaatnya. 


Seperti yang udah disinggung di atas, yang bikin saya tertarik beli pertama kali itu ya penampakan bobanya. Jadi, di Scarlett Essence Toner ini ada buliran buliran beads mirip boba gitu gaes. Tapi warnanya pink. 


Nah, rupanya itu boba bukan sembarang boba, tapi mengandung Niacinamide yang dapat mencerahkan kulit, menyamarkan noda hitam dan menyamarkan pori-pori besar.


Dicombo dengan kandungan lain dalam tonernya seperti Vitamin C, Glutathione, Witch Hazel Extract, Jeju Propolis Extract, Allantoin, Niacinamide dan Grape Water, Scarlett Brightly Essence Toner ini jadi punya manfaat lebih secara keseluruhan. Antara lain :


Mencerahkan kulit

Menghidrasi dan melembapkan kulit

Menenangkan kulit dan meredakan peradangan

Menyamarkan pori-pori

Meregenerasi sel-sel kulit

Membuat kulit lebih halus dan kenyal


Dengan sederet manfaat yang beragam itu, Scarlett Brightly Essence Toner ini cocok banget buat  yang memiliki keluhan kulit kusam atau mulai takut dengan penuaan karena umur makin nambah kaya saya. 



Efek Setelah Pemakaian Rutin Satu Minggu


Efek pemakaian skincare setiap orang beda-beda ya, tapi untuk saya, efek yang dirasakan setelah rutin memakai Scarlett Brightly Essence Toner ini cukup signifikan. 


Meski bisa diaplikasikan langsung ke wajah, saya lebih suka memakai media kapas terlebih dahulu. Dan pemakaiannya dibarengkan dengan rangkaian produk Scarlett facecare Brightly Series yang lain seperti Facial wash, serum, juga day/night cream. 


Hasilnya? Lebih maksimal. Jika sebelumnya saya agak bermasalah dengan area T-Zone karena tipe kulit saya cenderung kombinasi, setelah pemakaian essence toner ini jadi lebih oke. Rasa lembapnya lebih merata. 




Meski belum terlihat banget perbedaannya dalam satu dua kali pemakaian, setelah satu minggu terlihat sekali. Noda gelap tersamarkan, bintik milea mengempis, dan 

wajah jadi lebih cerah. 


Hmmm, boleh ini sepertinya dipakai terus. 



Kesimpulan





Terobosan baru Scarlett dengan meluncurkan produk essence toner ini bagus banget. Terlebih dengan harga Rp 75.000 untuk kemasan 100 ml, ini worth it banget karena hasilnya maksimal. 


Selain itu, produk Scarlett Whitening, termasuk essence toner ini mudah didapat, terlebih di marketplace. Ada official account-nya. 


Tapi yang terpenting buat saya, semua produk Scarlett ini sudah teruji aman karena terbukti bebas kandungan mercuri dan hydrocuinon. Sudah teregistrasi juga di BPOM. 


Nah, apa kalian pakai Scarlett juga? Atau Berminat nyobain? Tulis di kolom komentar ya… 

0


Ragi Story #RagiStory


Yosh, dua bulan berlalu sejak saya dan Nugi resmi menjadi sepasang suami istri. Masa-masa indah, mesra-mesraan, honeymoon khas pengantin baru katanya. Saya cuma nyengir kuda. Iya sih, banyak yang indah, tapi bukan berarti sama sekali tanpa masalah. Bunga-bunga boleh bermekaran, tapi munculnya duri juga kadang tak terhindarkan.

Di tulisan kali ini, saya mau sharing soal masalah-masalah yang terjadi di dua bulan pertama pernikahan. Apa yang saya tuliskan bisa dialami pasangan yang lain, bisa juga tidak. Issokee, setiap rumah tangga itu punya kisah sendiri kan?

Langsung saja, berikut 5 masalah di dua bulan pertama pernikahan versi #RagiStory, it's our story, a journey to stay happy.

1. Adaptasi



Di balik kemesraan, ada proses adaptasi yang ga gampang


Saya sudah tahu masalah adaptasi ini akan jadi PR sejak jauh sebelum menikah. Saya sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Namun tetap saja, ketika harus menghadapi langsung, rasanya cukup arrrggghhh juga ternyata.

Adaptasi ini meliputi segala aspek. Mulai dari ber-culture shock ria dari kehidupan "bar bar" Sumatera ke "Inggih inggih" Jogja, hingga berdamai dengan kebiasaan atau pola pikir pasangan yang bertolak belakang dengan diri sendiri.

Saya tahu, tidak mudah untuk Nugi menerima sprei kamar kami bisa SANGAT awut-awutan kalo saya yang tidur (atau goleran), lalu malas merapikannya lagi. Saya juga masih harus belajar banyak-banyak "istighfar" kalo Nugi luluran dulu setiap mandi, atau ngitungin nasi dulu setiap makan.

Saat menghadapi situasi yang tidak sesuai ekspektasi di luar sana, Nugi capek lihat saya over-react dan pengennya nge-gas terus, sementara saya frustrasi lihat Nugi memilih jalur diplomasi untuk hal-hal yang harusnya lebih pas untuk "langsung tonjok" sekalian.

Namun adaptasi terberat justru bukan ketika menghadapi faktor eksternal (pasangan, orang lain, lingkungan, dll), namun justru di proses internal alias diri sendiri. Ini yang luput saya dan Nugi persiapkan dengan porsi lebih sebelum pernikahan.

Kami ternyata sama-sama butuh waktu untuk menerima kalau kami sudah menikah. Yang berarti harus merelakan nyaris segala privilege saat masih single. Ini benar-benar berat karena yang dilawan adalah diri sendiri.

Kami gantian aja down, terutama di bulan pertama. Kami sama-sama tertekan "merindukan kehidupan single". Bedanya, saya lebih ekspresif, ditambah mental yang belum stabil, saya pun meledak. Tercatat di 3 kali weekend berturut-turut emosi saya meledak tak terkontrol.

Sebaliknya, Nugi tipe yang mendem. Dia diam, selalu diam. Tapi saya tahu dia sama tertekannya seperti saya. Ada satu momen ketika saya meledak, Nugi juga terduduk menangis sesenggukan. Dan entah gimana saya tahu, di momen sekali itu Nugi tidak menangis karena saya, atau frustrasi ngadepin kelakuan saya, namun lebih karena sudah nggak tahan dengan apa yang dia pendam sendiri selama ini.

Manusia bukan robot. Selempeng-lempengnya, sewoles-wolesnya, manusia selalu punya batas memendamnya sendiri.

Tips saya untuk kalian yang belum menikah dan akan menikah, sempatkan lah diri terlebih dahulu untuk say goodbye yang proper dengan kehidupan singlemu. Ini bukan soal bridal shower atau pesta bujangan yang terkesan "ceremonial" dari luar, namun lebih ke dalam dirimu. Personal dan intim. Hanya kamu dan dirimu.

Karena sebahagia apapun saat menyambut dan memasuki pernikahan, faktanya menikah memang mengubah banyak hal. Bahkan tak sedikit pula yang harus direlakan dan hilang.

Sekuat apapun mental kita, proses kehilangan dan mengikhlaskan itu tidak pernah gampang. persiapkan diri kita lebih untuk ini.


2. Komunikasi


Suatu hari saya ngomong ke Nugi untuk yang ke-sejuta kalinya soal cara jemur baju.

"Mas, kalo jemur dalemanku, tolong jangan diumbar-umbar. Bisa diselipkan di sela baju, yang penting jangan langsung kelihatan orang. Malu..."



"Iya, " jawab Nugi sambil tetap menjemur seperti ini.



***

Well, udah banyak yang bahas sih ya, kalau soal komunikasi ini. Saya dari pacaran sama Nugi, ngomong blak blakan aja masih suka salah salah paham… apalagi kode-kodean. So, sebisa mungkin kami nggak main kode-kodean dalam bentuk apapun.

Saya merasa komunikasi saya dengan Nugi sudah terbangun cukup baik selama pacaran. Kami sama-sama suka ngobrol dan terbiasa berbicara tentang apapun termasuk perasaan masing-masing. Tapi tetap saja ada duri-duri kecil yang rasanya masih saja terus mengganggu.

Di samping masih suka amazed dengan bisa segitu njomplangnya perbedaan pola pikir antara laki-laki dan perempuan, masalah saya terkait komunikasi adalah terlalu emosional. Sulit sekali ngomong biasa tanpa nge-gas atau air mata.

Sementara Nugi… tipikal yang selalu menghindari konflik. Nugi itu tipe yes boy, yang auto iya-iya misal saya bilang sesuatu sekalipun dia ga sepakat. Dia bilang "iya" demi bikin saya berhenti ngomel. Padahal di belakang, ya nggak dilakukan juga "iya"-nya itu karena punya pemikiran sendiri.

Ini bikin saya frustrasi. Buat Nugi itu demi menjaga stabilitas dan kedamaian rumah, tapi buat saya itu sama aja bohong. Dan saya lebih suka diajak debat dan adu argumen sekalian ketimbang dibohongi. Iya bilang iya, enggak bilang enggak. Lebih dari itu berasal dari si jahat. Hohoho…

Tapi ya namanya juga lelaki Jogja yang terbiasa unggah ungguh, memang ga bisa juga sih ya ujug ujug langsung nyablak kaya wong Palembang. So, kalau sudah begini, memang balik ke poin satu tadi : adaptasi.

Ya. Kami masih berproses untuk mencari formula yang paling enak, jalan tengah terbaik untuk mengatasi masalah komunikasi yang kaya gini. Semangat! Pasti bisa!


3. Finansial



Saya bersyukur dengan segala drama lamaran dan pemberkatan kami di dua kota (Palembang dan Jogja), kami nyaris tidak meninggalkan utang. Kecuali sedikit tagihan CC Nugi yang saat itu terpakai untuk tiket pesawat keluarganya dan bisa segera dilunasi.

Sesuai ekspektasi, rangkaian pernikahan sederhana sesuai kemampuan, dan tidak meninggalkan beban finansial setelahnya. Kami cukup percaya diri ketika memulai pembukuan. Dengan coret-coretan kasar rencana anggaran bulanan, kami optimis kalo uang dan gaji kami akan lebih dari cukup untuk hidup sampai payday selanjutnya.

Kenyataannya?

Baru tengah bulan, saldo kami minus dong 😂😂😂

Baru tanggal 13, saldo sudah minus 😂

Meski kata Alkitab jangan khawatir tentang apa yang kamu makan atau pakai, ngeliat saldo udah minus ratusan ribu aja sementara tanggal gajian masih lama bikin panik juga. Ada rasa frustrasi juga karena merasa gagal mengelola keuangan. Padahal gaji seorang content director Bandung untuk standar hidup di Jogja HARUSnya kan bukan cuma sekadar cukup ye kan, tapi surplus plus plus plus. Ini malah minus 😭😭😭

Beruntung, kami punya pembukuan sederhana yang mencatat setiap aliran dana masuk dan keluar di rumah tangga kami. Dari sana, kami mulai analisa apa yang salah. Bagian mana yang ga pas. Keran mana yang bocor sehingga harus segera ditutup?

Hasil analisa kami, ada beberapa faktor yang bikin saldo kami minus padahal merasa diri sudah tidak boros-boros amat dan biaya hidup kami sehari-hari "segitu-gitu aja". Rupanya ada banyak pengeluaran untuk perabotan baru untuk kebutuhan awal tinggal di kontrakan kami. Kompor dan teman-temannya itu harganya sekilas terjangkau, bahkan beberapa item sangat murah, namun lumayan menguras anggaran rupanya.

Lalu ada biaya transport kami saat Nugi harus menjemput saya di Palembang setelah mengantar mama. Juga tagihan rutin bulanan yang harus dibayar bareng di waktu berdekatan (kos Nugi di Bandung, tagihan CC, BPJS, asuransi, termasuk persepuluhan untuk gereja, dll).

Sebagian besar memang "bukan salah kami". Ya sudah kebutuhannya saja begitu Namun harus diakui, ada juga sejumlah "kekhilafan" yang sepenuhnya tanggung jawab kami. 

Jadi, entah bawaan selama ini LDR dan nyaris nggak pernah merasakan pacaran yang proper atau memang masih banyak bunga-bunga cinta manten baru, kami rupanya cukup sering ngedate dan makan di luar. Well, tidak sering-sering amat sih sebetulnya, tapi karena bulan pertama kebutuhan lain betul-betul membengkak, jadinya biaya ngedate ini terasa cukup menguras saldo.


Asyik jalan dan kulineran terus, sampai ga sadar saldo udah minus

Yah, karena nasi sudah kadung jadi bubur, kami cuma bisa memohon pada Sang Tukang Bubur Agung itu agar bubur kami ditambahin suwiran ayam, bawang goreng, dan daun seledri biar tetep enak dimakan. Kami minta tolong pada Papi di Surga, agar kami bisa melewati bulan ini. Disertai janji dan komitmen kalau next akan lebih bijak lagi mengatur keuangan.

Sungguh, Puji Tuhan, penyertaan-Nya sungguh nyata di kehidupan rumah tangga kami. Tangan-Nya ga kurang panjang untuk ngasih makan kami lewat berbagai jalan. Angpao-angpao susulan, invoice yang cair, job-job receh namun cairnya instan, promo Shopee food, dll menyelamatkan kami bulan itu. Surprisingly, di akhir bulan saldo kami malah surplus dan masih bisa nabung. Ya, matematika Tuhan memang kadang terlalu ajaib untuk dimengerti.

*

Selain masalah kontrol keran pengeluaran, ada masalah finansial yang kami hadapi lagi yakni transparansi dan perkara penentuan skala prioritas. Ada satu momen saya meledak marah ke Nugi karena dia mengirim dana tagihan listrik rumah mamak tanpa sepengetahuan saya.

Tolong digarisbawahi, TANPA SEPENGETAHUAN SAYA. Tranparansi buat perempuan itu mutlak hukumnya. Tranparansi juga adalah syarat yang saya minta ketika waktu masih pacaran kami memutuskan bahwa semua uang nanti Nugi yang pegang begitu menikah. 
Saya nggak masalah lho Nugi kasih orang tua berapa pun asal duitnya ada, toh itu juga dia yang cari, terserah mau buat apa. Tapi apa susahnya sih bilang dulu? Saya kalau Nugi udah "ngumpet-ngumpet" begitu jadi overthinking, apa image saya sejahat itu sampai kamu mikir saya akan larang kalau bilang dulu? Apa saya segitu ga bisa dipercaya-nya ya? Saya ini dianggap apa sih sebenernya sama kamu, dll, dsb, dst, dkk. Panjang ayatnyo kalo kata orang Palembang.

Saya juga sangat tersinggung ketika Nugi dengan entengnya minjemin uang 100 k ke kerabat, padahal saldo pembukuan kami sudah di ambang minus. Meski dia izin dulu ke saya, dan saya ga kuasa menolak, di mata saya Nugi sudah keliru menentukan skala prioritas. Saat itu jatah belanja harian saya yang biasa 50-100 k saja sudah dipangkas jadi 30 k karena sudah tahu harus berhemat. Tapi kok bisa-bisanya keluar 100 k buat orang lain. Buat saya Nugi sudah berlaku tidak adil. 

Penentuan skala prioritasnya harus diluruskan dulu. Rumah tangga sendiri dulu, baru ortu dan keluarga, baru yang lain. Syukurlah ketika masalah ini kami bicarakan baik-baik, Nugi mengakui kesalahannya. Dia tidak bermaksud jahat atau tidak adil ke saya, namun memang masih perlu waktu beradaptasi. 

Nugi berjanji akan lebih memprioritaskan keluarga kecilnya terlebih dahulu dan tidak akan "ngumpet-ngumpet" lagi. Tentu saja Nugi ga cuma omdo. Nugi berubah drastis hanya dalam hitungan hari. Sekarang dengan kondisi keuangan kami yang mulai stabil, Nugi bahkan sudah macam sugar daddy-nya Ara. 

Saya minta apa selalu iya, selalu oke. Kadang, saya malah harus mengingatkan Nugi untuk pisahkan langsung yang pos khusus untuk orang tua biar ga kepake untuk yang lain-lain.


Ada sedikit tips yang saya dapat dari mendiang Mbah Kakung saat masih hidup terkait ngasih orang tua setelah menikah yang saat ini kami praktikkan. Kalau mau ngasih ortu suami, sebaiknya istri yang menyerahkan. Sebaliknya, kalau mau kasih ortu istri, suami yang menyerahkan. Penjelasannya sederhana, seorang anak kalau baik sama ortu sendiri itu biasa, tapi menantu yang baik akan jadi penghiburan luar biasa untuk para mertua.


4. Keluarga Besar


Keluarga besar kami yang kecil


Soal ini pengen saya bahas di postingan sendiri karena complicated. Tapi intinya begini, benar kalau orang bilang ketika menikah itu bukan cuma harus siap menikahi pasangan, tapi juga seluruh keluarganya.

Yang rempong pas hari H ga cuma mempelai, tapi keluarga besar juga. Yang perlu adaptasi dan menerima kenyataan kalau kehidupannya berubah itu nggak cuma mempelai, tapi keluarga besar juga.

Semacam itulah. Ada banyak emosi. Ada banyak kegelisahan terkait keluarga besar ini. Baik dari keluarga saya maupun keluarga Nugi.

Tips dari saya untuk yang belum nikah terkait ini, tinggallah sejauh mungkin dari keluarga besar masing-masing saat baru menikah (kalau memungkinkan) kelak. Proses adaptasi dalam rumah sendiri aja sudah cukup berat untuk dihadapi soalnya. Tinggal jauh dari keluarga besar akan kasih kita ruang dan waktu untuk lebih leluasa menata diri serta hati demi menerima dan berdamai dengan semua perubahan yang menguras energi.

Kata orang tua dulu gitu kan? Jauh bau wangi, dekat bau tahi 😂😂


5. Seks


Part ini juga sesungguhnya ingin dibahas sendiri juga. Tapi saya masih maju mundur. Masih bingung juga apakah yang seperti ini patut diulas untuk publik?

So, saya dan Nugi juga mengalami masalah ranjang. Saya yakin, kalau saya sharing soal ini, akan ada banyak pasangan baru yang mungkin mengalami masalah seperti kami ini akan terbantu. Karena puji Tuhan, kami sudah berhasil mengatasinya. Kalaupun tidak, semoga bisa kasih pesan "hey, you're not alone, dear... "

Tapi untuk saat ini, saya belum siap mental untuk bahas ini. Cuma bisa kasih spoiler sedikit, bahwasannya urusan seks itu bisa amat sangat bikin frustrasi banget ternyata, terutama untuk para newbie.

Ketika masih single dan lagi sange suka berpikir, enak ya kalau udah nikah bisa bebas ngewe, ga ada beban, kapan aja bisa, ga perlu takut misal jadi anak… oh, sekarang saya sungguh mau bilang, tidak semudah itu, Ferguso!

Seks. Tidak. Sesederhana. Itu.

Kalau pengantin baru bisa lancar dan langsung bisa menikmati hubungan seksual, maka bersyukurlah. Itu anugerah. Nggak semua pasangan seberuntung itu.

Ketika galau menghadapi masalah ini, saya memberanikan diri curhat kepada seorang sahabat cewek yang sudah lebih dahulu menikah. Saya butuh pelukan seorang teman dulu, sebelum harus konsultasi ke profesional (misalnya perlu banget). Surprisingly, sahabat saya ini ternyata mengalami masalah yang sama, bahkan belum teratasi sampai sekarang meski sudah hitungan tahun menikah. 

Ini bikin saya berpikir, jangan-jangan masalah ini sebenernya cukup umum ditemui, hanya tidak ada (atau jarang sekali) yang mau membahasnya terang-terangan. Tahu lah ya, orang kita kaya'nya masih susah bedain seks edukasi dengan konten porno. 

Btw, boleh kok kalau mau menebak-nebak dulu apa persisnya masalah ranjang kami ini, tapi kalau saya ditanya masalahnya di saya atau Nugi, saya pastikan jawabannya : keduanya.

Tapi masalah yang sempat kami alami ini membuat saya kian mengerti, kenapa hubungan seks memang sebaiknya baru dilakukan dalam ikatan pernikahan kudus. Karena ketika hubungan seksual dilakukan dengan tidak hanya bermodal nafsu, seks memang benar jadi sekudus, semanis, dan seindah itu.

Saya dan Nugi sama-sama menyebutnya : kado. Kado yang teramat manis, terlebih karena harus berjuang dan nangis-nangis dulu sebelum membukanya. Hehe... 


Mau berapa ronde malem ini, Om? 

Penutup

Pernikahan kami baru seumur jagung. Jalan kami masih panjang. Cerita kami baru dibuka. Belum ada apa-apanya.

Tapi ini sudah cukup untuk mengerti, bahwa segala sesuatu ada musimnya. Bunga ga selamanya mekar, duri-duri juga ga selalu melukai. Ada hikmah dari musibah, ada berkat di balik persoalan.

Tulisan ini dibuat sebagai pengingat cerita sekaligus penyeimbang, karena di sosmed kami sepertinya kebanyakan pamer bunga-bunga kemesraan. Saya cuma bisa bilang, aslinya ga selamanya begitu.

Jangan cuma terjebak dengan ilusi gemerlapnya pemberkatan atau resepsi, sampai habis segala energi dan upaya untuk satu hari itu.

Jangan menikah kalau cuma mau lari dari masalah. Atau cuma bosan dengan kehidupanmu yang sekarang. Percayalah, kalau begitu nanti cuma akan semakin bosan dan masalahnya akan berlipat-lipat.

Menikahlah saat sudah menemukan orang yang tepat. Menikahlah dengan kesiapan. Menikahlah di waktunya Tuhan.


Salam dari Sleman,

Bonus : 

Marco alias Komar, anabul ibu kontrakan yang tiap hari mampir nagih jatah keamanan tikus

12

Baca juga

Mimpi 15.529 Km

Tulisan ini dibuat dengan rasa rindu yang sangat, pada sosok manusia paling kontradiktif yang pernah kukenal : Papa. Mimpi 15.529 km | kuc...