Menu

Pucuk Coolinary Festival Palembang

Temukan Rasa Favoritmu !


Bersama teman Internasional di Pucuk Coolinary Festival



Berhubung Palembang nggak punya pantai atau gunung, masyarakatnya menjadikan kuliner sebagai pelampiasan kalau mau rekreasi. Nggak heran kalau kota tua ini kemudian menyimpan potensi kekayaan kuliner dengan cita rasa unik yang diciptakan sendiri oleh warganya yang multietnis.

Atas dasar inilah, PT Tirta Fresindo Jaya (Mayora Group) selaku produsen Teh Pucuk Harum, minuman teh kemasan lokal menggelar sebuah festival kuliner terbesar bertajuk #PucukCoolinaryFestival. Informasi ini saya dapatkan saat menghadiri Media Gathering di Hotel Harper Palembang pada Kamis (5/9) lalu. Kebetulan saya dan rekan-rekan blogger juga turut diundang.



Selain bisa intip-intip persiapan apa saja yang sudah mereka lakukan, ada diskusi bareng dengan pemateri dari  Pak Kitto Kristanto selaku Junior Brand Manager Teh Pucuk Harum dan Mbak Dina Oktaviany selaku foodies yang punya akun kuliner di Palembang yaitu makanpakereceh.plg. Oh, ada juga mini kontes makan mie pedas dengan hadiah voucher belanja ratusan ribu.

Jadi Pak Kitto bilang, Palembang ini kota ketiga yang didatangi Pucuk Coolinary Festival setelah sebelumnya sukses digelar di kota Yogyakarta dan Medan. “Kota Palembang kami pilih karena perkembangan usaha kuliner di kota Palembang sedang berkembang pesat. Ini terbukti dengan kian maraknya pelaku usaha kuliner lokal yang muncul, baik kuliner legendaris maupun  yang hits kekinian di kalangan masyarakat,” jelas Kitto.


Mengusung tagline Temukan Rasa  Favoritmu, Pucuk Coolinary Festival diselenggarakan selama 2 hari yakni tanggal 7-8 September di lapangan parkir Palembang Trade Center (PTC) Mall. Ada lebih dari 100 tenant yang ikut serta dan terbagi dalam tiga zona yakni Manis, Pedas, dan Gurih.




Wow. Pasti seru tuh. Kapan lagi coba bisa mencicipi begitu banyak  makanan di satu tempat saja? Mbak Dina dari @makanpakereceh.plg pun sepakat, dia bilang, dengan adanya festival kuliner ini, kita dapat mengetahui dan mencicipi kuliner dengan beragam pilihan rasa yang mungkin belum kita ketahui. “Selain itu, Pucuk Coolinary Festival juga mendorong para UMKM makanan untuk terus berinovasi dalam menyajikan makanan. Bisa membuat masyarakat mengenal lebih dekat apa saja kuliner kebanggaan Palembang yang mungkin selama ini belum diketahui kelezatan Dan keunikannya,” kata Dina

Waduh, benar-benar bikin nggak sabar untuk segera hadir ke festivalnya.


Hari yang ditunggu itu akhirnya tiba …

Pengguntingan pita : Pucuk Coolinary Festival resmi dibuka


Yuhuu, weekend juga akhirnya. Sabtu (7/9), saya bersama teman-teman dari Blogger Palembang sudah tiba di TKP sejak pagi. Kemeriahan langsung berasa dengan area festival terbuka yang didominasi warna merah, padahal acara belum dimulai karena masih mau menunggu sejumlah pejabat yang akan membuka festival secara resmi.

Baru sekira pukul 10 acara dimulai, dengan sederet agenda ceremonial seperti kata sambutan, pengguntingan pita, dan penekanan bel sirine pertanda Festival resmi dibuka. Hadir dalam agenda tersebut kepala Dinas Perindustrian Provinsi Sumatera Selatan, Ir. Hj. Ernila Rizar, MM mewakili Gubernur Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang, H. Isnaini Madani, dan National Sales & Promotion Head PT. Mayora Indah Tbk., Henry David Kalangie.

Henry David Kalangie memberikan kata sambutan


Saya sendiri sudah tidak sabar menjelajah area festival. Diawali dengan gerbang utama, sejauh mata memandang cuma terlihat stand-stand makanan di kiri dan kanan lorong. Aroma lezat yang tercium mulai menerbitkan liur.

Terus terang saya bingung mau pilih mencicip makanan yang mana. Ya, saking banyaknya. Lagipula, kapasitas perut dan kantong saya kan terbatas. Untunglah, pembagian zona rasa yang ada sangat membantu. Tinggal pilih di zona gurih dan manis karena sudah pasti sesuai selera. Sementara zona pedas, mungkin bakal dilirik saja. Saya kurang bisa makan pedas soalnya. Eh, tapi belum tentu ding. Siapa tahu justru lebih berselera.



Seperti namanya, di zona gurih terdapat stand-stand makanan bercita rasa gurih. Makanan khas Palembang seperti pempek, pindang, dan mie celor ada di sini. Ada pula cilok, soto, onigiri, pizza dan sederet makanan lainnya. Saya sendiri akhirnya pilih Tahu petis dan kepiting crispy.

Di zona manis, pilihan makanan didominasi snack dan minuman. Kue-kue, cake, dan aneka es menunggu dicicipi. Ada pula yang jual buah dan salad.


Sementara di zona pedas didominasi makanan “berat”.  Nasi, bakso, mie ayam diantaranya. Ada pula snack-snack yang tentunya pedas dan rujak buah.

Semua makanan itu, kalau beli pake dompet digital DANA, bisa dapat cash back 50% lho. Hoho, asyik kan? Ga bikin kantong kempes.


Yang seru di festival ini, pengunjung bisa mendapatkan pempek gratis dengan hanya menunjukkan 2 kemasan botol Teh Pucuk Harum. Boleh yang masih ada isinya ataupun sudah kosong. Tidak usah khawatir bakal kehabisan, karena panitia menyiapkannya ga tanggung-tanggung : 10.000 porsi!




Nggak usah bingung juga cari Teh Pucuk Harum-nya. Tinggal beli sama mbak-mbak SPG yang tersebar di sepanjang area, atau beli di Pucuk Harum Centre yang berada tepat di tengah-tengah lokasi festival.

Terus juga nggak melulu soal makanan, di panggung utama juga ada live music sebagai hiburan. Hamparan bean bag yang ada di depan panggung enak buat duduk-duduk, sekadar melepas lelah kalau capek berkeliling. Eh, ada berbagai lomba juga lho kaya lomba makan mie pedas sama intagram photo contest. Dan yang paling heboh tentunya ada undian dengan hadiah utama berupa 2 sepeda motor NMax.



Apa semua keseruan ini cuma berlaku buat pengunjung? Nggak dong, Teh Pucuk Harum juga kasih apresiasi buat para tenant sebagai bagian dari UMKM Indonesia lewat agenda “Pemilihan Tenant Favorit”. Ada hadiah jutaan rupiah buat tenant yang pemenangnya dipilih langsung oleh pengunjung.


Sarana Promosi Kekayaan Kuliner Lokal ke Lidah Internasional




Meski di awal diniatkan sebagai event berskala lokal, namun Pucuk Coolinary Festival Palembang rupanya mampu menarik perhatian orang asing juga lho.

Saya bertemu sejumlah teman dari luar negeri di festival ini. Beberapa di antaranya sudah saya kenal terlebih dahulu seperti Xiao Chen dari Cina dan Dilumi dari Sri Lanka. Namun pada hari kedua festival, Minggu (8/9), mereka mengajak lebih banyak lagi teman-teman mereka yang sama-sama ikut semacam program pertukaran pemuda.

Saya lalu mengenal Janel dari Filipina, Hisyam dari (kalau tidak salah dengar) Aljazair , dan Kho (aduh, bener nggak tulisannya ya?) dari Vietnam. Kesempatan banget tuh mengenalkan kuliner lokal ke mereka.

Kebanyakan sih mereka masih belum berani mencoba yang pedas. Namun untuk yang gurih dan manis, mereka suka lho. Entah berapa banyak makanan yang pindah ke perut selama kami ngobrol malam itu.




Xiao Chen yang baru pertama mencoba cilok (kalau pempek udah sering dia), langsung jatuh hati. Rasa dan baunya mengingatkan dia pada salah satu makanan tradisional di negaranya. Dia juga mengungkapkan kekagumannya pada keberagaman kuliner Indonesia. “Saya tidak pernah tahu ada begitu banyak jenis makanan di Indonesia,” ujarnya dalam Bahasa Inggris.

Sayang, Pucuk Food Coolinary ini cuma dua hari saja. Belum puas rasanya menikmati. Tapi bersyukur banget bisa menjadi bagian keseruannya. Semoga tahun tahun mendatang bisa kembali lagi ya ...

Eh, setelah Palembang, bakal ada Kota lain juga lho yang akan menyusul didatangi Pucuk Food Coolinary. Kalian bisa pantengin terus update-nya di website atau akun medsosnya Teh Pucuk Harum 😉


Teh Pucuk Harum, karena teh terbaik ada di pucuknya.

0



Wew. Judulnya kaya nganu banget ya? 😂

Tapi tenaaang... Isinya bukan ngotbahin orang kok. Demi apa saya nggak punya kompetensi apa-apa untuk itu. Cuma sharing pengalaman hidup kaya biasanya aja kok. Syukur-syukur bisa jadi berkat buat orang lain, kalau nggak ya sudah. Cukup buat jadi pengingat diri sendiri laiknya tugas sebuah catatan harian …

***

Ada satu kegelisahan yang saya sampaikan ke Tuhan. Kenapa sih hidup kaya'nya makin sulit? Tuhan juga kaya hobi banget mengabaikan saya (well, sebenernya saya tahu DIA nggak pernah benar-benar mengabaikan, tapi pokoknya saya merasa diabaikan. Gitu).

Maksudnya, dibanding sama dulu yang setiap doa kaya’ gampang banget dikabulkan. Setiap keinginan yang cuma terpendam dalam hati pun bisa tercapai. Easy!

Pernah lho dulu pas masih SMP cuma 'mbatin pengen banget bisa punya majalah Aneka Yes! tapi nggak punya duit plus ga berani minta ke ortu. Mana kalau beli jauh pula harus ke kota (saya di Bengkulu dulu tinggalnya rada di dusun sih). Sampai doa gini ke Tuhan “Duh Tuhan, yang bekas aja nggak papa deh. Aku cuma pengen baca cerpen-cerpennya.”

Eh, nggak lama pas main ke rumah temennya papa, pulangnya dikasih berdus-dus buku dan majalah. Tentu saja, isinya termasuk puluhan majalah Aneka Yes! Mana edisi lama yang halaman fiksinya lumayan mendominasi ketimbang edisi baru yang saat itu cuma penuh berita artis 😂

Tapi belakangan udah jarang banget ngerasain begitu. Bukan nggak dikabulkan sih, tapi apa ya? Semacam perlu usaha lebih keras  yang kadang sampe bikin capek kalau pengen mendapatkan sesuatu.

Ketika saya pertanyakan ini pada-Nya selama berbulan-bulan, akhirnya dijawab juga. Lewat khotbah seorang pendeta sekian minggu yang lalu.

***

Well, orang Kristen itu diajarkan bahwa Tuhan bukanlah pribadi yang Jauh-Tinggi-Tak Terjangkau. Dia justru sesungguhnya amat dekat dengan hidup manusia, laiknya seorang Ayah sendiri. Makanya sapaan ke Tuhan pun bilangnya “Allah Bapa”, “Bapa di Surga”, atau belakangan yang lebih ngetren di kalangan generasi milenial : “Papi J” alias “Papi Jesus”.


Saat iman kita baru lahir, maka Tuhan akan memperlakukan kita seperti bayi atau anak kecil juga. Ya, perlakuan orang tua ke anak kecil kaya mana sih? Dipeluk-peluk, disayang-sayang, dimanjain, apa kebutuhannya dicukupi, apa permintaannya dituruti… gitu-gitulah. Apalagi kalau misal anaknya  manis dan penurut, ortu makin seneng juga pasti ngasih hadiah macem-macem. Makanya, di fase awal kenal Tuhan … nggak heran dah kalau sukacita terus. Bahagia senantiasa …enak. Doanya dikabulkan mulu (nggak sedikit pula yang instan).

Sedikit ngingetin sama lagu “... Waktu ku kecil, hidupku … amatlah senaang….” 😂

Tapi seperti anak kecil pula, iman itu adalah sesuatu yang hidup. Dia bisa tumbuh dan berkembang. Makin besar si anak, katakanlah di usia remaja …  ortu pun pelan-pelan bakal “melepas”. Biar si anak belajar. Biar si anak mengerti apa itu tanggung jawab. Apa itu konsekuensi.

Apa masih boleh minta macem-macem ke ortu? Ya boleh dong. Ortu bakal masih tetap bertanggung jawab memenuhi kebutuhan si anak. Tapi si anak juga seharusnya udah paham, kalau ada yang namanya kewajiban seiring tanggung jawab yang makin besar. Misal udah disekolahin atau dikuliahin, ya belajarlah yang bener… misal udah dibeliin HP atau laptop, ya dijagalah baik-baik.

Di fase ini, anak juga mulai bisa "berpikir sendiri". Jika tadinya segala hal harus dikasih tahu dan diajarin, di sini mulai ngerti apa yang sebenernya boleh dan nggak boleh dilakukan. Orang tua nggak terlalu mengekang lagi, tapi memberi kebebasan dan kepercayaan pada anak. Namun di sini hubungan antara ortu sama anak akan mulai berasa renggangnya. Si anak sebenarnya tahu kalo ortunya tetap sayang dan nggak pernah mengabaikan, tapi justru si anaklah yang biasanya mulai menjaga jarak karena sibuk dengan dunianya sendiri.

Makin besar dan besar si anak, apalagi kalau udah kerja dan berpenghasilan sendiri … dia akan paham sendiri kalau minta macam-macam ke ortu itu udah nggak pantes lagi. Sebaliknya, dia akan mulai belajar memberi. Dia pengen menyenangkan orang tuanya.

Nah, seseorang dengan iman yang sudah sampai di fase ini biasanya bakal dengan gampang diidentifikasi dengan seberapa banyak (dan ikhlas) dia memberi. Sedekah , misi kemanusiaan ...atau pemberian dalam bentuk apapun yang dilakukan bukan lagi didasari oleh hukum tabur tuai alias “aku memberi karena pengen berkatku dilipatgandakan”, tapi justru lebih ke ungkapan rasa syukur dan terima kasih karena sudah TERLEBIH DAHULU dibaikin dan dipelihara selama ini sama Tuhan.

Di sisi lain, hidup juga pasti bakal makin penuh tantangan. Tanggung jawab makin besar. Masalah yang tadinya cuma sebatas tugas sekolah, mulai kompleks dengan masalah kerjaan atau relasi. Masalah iman yang tadinya mungkin sebatas ujian-ujian kecil, mulai menghadapi pencobaan yang macam-macam dan lebih berat.

Gimana sikapnya ke ortu? Ya tergantung pribadi masing-masing … ada yang cukup bijak dengan terbuka ke ortu jadi bisa dapat support yang dibutuhkan. Sebagian yang lain memilih sok setrong menghadapinya sendiri dengan berbagai alasan kaya “nggak mau membebani ortu,dll”.


Tapi pada akhirnya bakal paham sendiri kok … bahwa sejauh-jauh kita pergi. Kita selalu rindu pulang. Kita tahu cuma ortu yang sayang sama kita tanpa syarat. Gitu pun ke Tuhan … sejauh-jauh kita berusaha menyelesaikan masalah sendiri … pada akhirnya kita bakal cari Tuhan. Cuma Dia yang nerima kita apa adanya … Cuma Dia yang benar-benar bisa diandalkan.

***

Dalam khotbahnya, pendeta yang memberi saya pelajaran ini bertanya pada jemaat …

“Buat kalian yang sudah besar-besar, yang sudah kerja, yang sudah menikah dan berkeluarga … coba tanya ke ayah atau ibumu … apa yang sebenarnya paling diinginkan dari kalian? Apa yang bisa kalian lakukan dan paling menyenangkan buat mereka?”

Jemaat terdiam. Masing-masing sibuk dengan pikiran sendiri. Mengira-ngira apa jawabannya.

“Saya yakin, jawabannya adalah waktu. Orang tua sebetulnya nggak butuh kalian kasih macam-macam. Kalian ajak bicara, kalian ajak komunikasi pun sudah senang. Apalagi yang tinggal jauh, sekadar ditelepon dan kalian ngabari tentang hidup kalian pun mereka bakal senang…apalagi kalau kalian sediakan waktu khusus buat nengokin.

Dan… kalian juga pasti sudah ngerti sendiri, bahwa di umur segini kalian nggak pernah perlu lagi minta-minta sama mereka. Kalian paham, orang tua manapun kalau mereka punya… kalau mereka yakin itu adalah yang baik buat kalian, mereka pasti bakal kasih. Nggak perlu kalian mohon mohon minta ini itu sampai nangis darah, kadang cuma bilang 'Pak E, si kecil mau daftar TK ini, bapaknya baru gajian seminggu lagi...bisa minta tolong dulu nggak, Pak?” hari itu juga kalau memang ada pasti ditransfer. Saya jamin itu.


Nah. Jika orang tua di dunia ini saja bisa melakukan hal seperti itu, apalagi Tuhan. Apalagi Bapa kita di Surga … DIA tentu jauh melampaui semua orang tua terbaik di dunia ini. DIA mengenal kita. DIA tahu isi hati kita.

Tapi laiknya orang tua, DIA juga ingin kita mengingat-Nya, menyediakan waktu untuk-Nya di sela apapun kesibukan kita. DIA ingin kita berkomunikasi rutin denganNya. Berapa lama kita menjadi Kristen? Di fase mana keimanan kita saat ini? Model anak seperti apakah kita? Sudahkah hidup kita menyenangkan hati-Nya?”

***

Khotbah itu jujur saja, telah menampar saya. Telak. Saya mungkin sudah lama berhenti berdoa untuk meminta ini-itu. Toh sudah lama tahu kalau pemberian Tuhan itu selalu yang terbaik tanpa harus repot meminta.

Tapi ada suatu hal lain yang menabok saya. Waktu ke dusun Ibu Ratu, saya tanya ke beliau. Apa yang paling diharapkan dari anak-anaknya yang sudah besar? Dan jawabannya persis sama : waktu.

Hadeehhh, waktu untuk orang tua di dunia saja sepertinya sangat minim, apalagi untuk Tuhan. Pun kalau sempat berkomunikasi, jarang sekali dari hati ke hati. Kebanyakan isinya cuma mengeluh atau komplain ini itu. Jarang sekali bersyukurnya. Jarang sekali berterima kasihya. Parahnya lagi, kadang komunikasi ke Tuhan juga cuma berasa sebagai rutinitas belaka. Belum lagi tanggung jawab dalam iman yang masih belum mampu dijalankan sepenuhnya… jauuuhh … masih jauuuhh….


Lha kaya gitu kok berani-beraninya ngedumel dan bilang hidup diabaikan Tuhan. Yang ada elu kali yang mengabaikan Tuhan, Araaaaa …!!!

Mbok tobat toh, Nduk!!


"Iman yang dewasa itu seperti anak yang sudah berkeluarga. Bertanggung jawab atas hidupnya sendiri dan orang-orang yang dikasihinya ... Tak lagi banyak meminta --apalagi menuntut-- untuk dibahagiakan orang tua, tapi juga tak menutup akses komunikasi pada mereka. Sebaliknya, dia justru akan lebih berhasrat mengasihi orang tuanya ... semakin rindu untuk bertemu... Semakin sering menelpon ...meski hanya sekadar berkabar atau meminta nasehat bijak menjalani kehidupan."


0

Spiderman Far From Home


Oh, jadi ini ceritanya bukan soal Peter Parker yang kabur dari rumah toh, pikir saya di awal-awal film. Maklum, saya kan menghindari semua trailer dan spoiler. Jadi nontonnya benar-benar dalam kondisi  kanvas putih alias nggak ada bayangan apa-apa. Nebak-nebak judul doang kirain si Peter kabur kemana gitu …

Peter emang lagi jauh dari rumah. Tapi “cuma” study tour bareng temen-temen sekelasnya ke Eropa. Widiihhh, langsung berbinar-binar ni mata ngintipin kota-kota cantik di sana yang nggak tahu kapan bisa didatangi langsung. Itali, Ceko, Belanda, Jerman, Inggris … dan favorit saya : Austria. Hijau-hijau pegunungannya itu lho. Adem, sampe berasa dalam bioskop (ppppfffttt, AC-nya terlalu dingin ya, Ar?)

Austria



Dari segi plot, standar banget sih menurut saya. Terlalu simpel. Tentang Peter yang sebenernya pengen liburan sekaligus pedekate sama MJ, tapi malah terjebak sama misi penyelamatan dunia. Siapa penjahatnya aja ketebak kok. Visualisasi dan sound effect meski tetep keren, tapi saya merasa agak nanggung. Mmm…, semacam “duh, harusnya bisa lebih waaaahhh dari ini!”

Meski begitu ni film fun banget lho. Jokes-jokesnya dapet. Beberapa emang garing, tapi cukup banyak yang bikin satu studio pecah. Dan tahu apa yang paling berkesan buat saya? Romance scenes yang bertebaran di sepanjang film.

Saya nggak tahu nih apa tepatnya yang bikin saya senyum-senyum sendiri kaya orang bego di kegelapan. Faktor Chemistry Peter-MJ yang makin dapet kah? Ned-Betty yang kisah cinloknya unyu banget itu? Mungkin juga karena  si Tante seksi May sama Om Happy yang kemunculannya saya jamin bikin ni film naik rating… atau bisa jadi juga nggak ada hubungannya sama film. Melainkan faktor someone yang kebetulan nemenin nonton? (Astaga! Apaan cobaaa 😹😹)

Found this fanart on FB. Kyaaa... I ship this two 😻


Oh, meski tadi saya bilang penjahatnya ketebak, dua adegan pasca-kredit itu sama sekali nggak ketebak. Wohooo ...layak banget ditungguin. Saya pas keluar bioskop tuh terus langsung mikir “Wah, bakal ada apa lagi nih film selanjutnya?”

Saya nonton di CGV Transmart Jumat (5/7) kemarin. Niatnya nonton jam 6 tapi kehabisan karena kejebak macet dalam perjalanan dari Plaju (lagian ngapain juga pake hujan segala). Alhasil cuma dapat yang nyaris jam 8 malam.

Studio cukup ramai. ¾ terisi. Nggak ada insiden berarti kecuali mas-mas di sebelah saya masih nggak bisa nahan diri buat stop mainin HP. Beberapa kali terganggu banget sama cahaya yang keluar dari HP dia. Separo penonton udah keluar bahkan sebelum aftercredit 1 selesai. Well, dimaklumi juga sih karena udah kemalaman.

Total skor … ummm … versi objektif 8 (mungkin kurang-kurang sedikitlah). Tapi karena ni film bikin mood saya stabil padahal lagi PMS, skor akhir saya kasih 8,5 deh. Intinya (lumayan) recomended lah ...

Dan mohon maaf buat yang baca postingan ini karena ngarepin lebih banyak bocoran. Saya bukan Kang Spoiler. Nggak mau mengganggu kenikmatan orang lain yang mungkin belum sempat nonton.

Udaaaahhh… buruan nonton sendiri aja sana sebelum turun layar!




Salam dari Tepian Musi ...
(Mommy Ossas).


::


Nb.

I have taken a photo with someone who accompanied me to watch this movie last night. I even got his permission to upload our pic on my blog.


But after I looked at the photo carefully, I've changed my mind. I like the pic so much. Umm ..., sorry for being selfish, but right now I just want to keep it for myself.









0



Alasan pilih Yamaha LEXI

Halo semua, selamat datang kembali ke kenyataan. Haha ... lebaran baru usai. Ada yang THR-nya masih bingung mau diapain?

Gaji ketigabelas masih utuh?
Beli motor baru aja, gih! Biar akses transportasi tetap lancar meski jalanan sering macet.

Lha, kok motor, Ra?
Iya. Soalnya kan weekend kemaren habis nongkrong di acara akbarnya Yamaha di BKB bertajuk Yamaha Maxi Day 2019.

Sesuai judulnya, pengunjung disuguhi macem-macem tipe motor yang jadi bagian dari seri Maxi yang sudah dirilis sejak 3 tahun lalu. Saya sering dengar NMax, dan sudah pernah ngereview Aerox di sini , tapi sebenernya ada satu lagi yang tidak kalah kece, yakni tipe LEXI yang sampai saat ini punya 3 varian yakni Lexi Standar, Lexi S, dan yang terbaru : Lexi S ABS.

Ada 5 alasan utama kenapa Yamaha Lexi layak banget buat jadi pilihan untuk motor barumu. Berikut ulasan lengkapnya :

1. Desain dan pilihan warna kece

Yamaha Lexi

Namanya juga seri MAXI, body motor ini jelas lebih besar dari matic-matic pada umumnya, jadi terlihat kuat dan kokoh. Tampilannya terlihat seksi dan elegan, terutama dengan lampu LED dan tambahan lampu Hazard yang berguna untuk kondisi darurat.

Selain warna standar merah dan hitam, Yamaha Lexi ini juga punya varian warna yang unik yakni Matte Red, Matte Blue dan White Metallic.

2. Fitur Canggih

Asyik menyimak penjelasan

Nah, ada banyak banget fitur canggih yang ditawarkan. Lexi seri S dan S ABS telah mengusung Sistem Kunci Pintar (Smart Key System) untuk menyalakan motor. Dengan adanya sistem ini, Lexi bahkan dapat dihidupkan dengan menggunakan remote kontrol (wohooo, nggak kalah sama mobil cuyyy). Untuk manusia pelupa kaya saya, sangat tertolong dengan adanya fitur alarm yang akan berbunyi jika motor ditinggalkan dalam keadaan menyala.

Seri Lexi ini juga dilengkapi dengan Electronic Power Socket bagi kalian yang kehabisan daya gadget. Dengan EPS ini, kita bisa charge ponsel bila ada kebutuhan yang mendadak. Hari gini, kebutuhan pokok manusia memang ada 4 kan? Sandang, pangan, papan, dan casan 😹

Tampilan speedometer digital Yamaha Lexi

Seolah belum cukup, speedometer digitalnya juga kece badai. Kita bisa tahu informasi apa saja terkait kendaraannya. Misal, kecepatan, konsumsi bahan bakar, waktu, hingga mesin. Plus, indikator ini juga bisa diubah tingkat kecerahannya sesuai lingkungan sekitar. Beuh, macem bunglon aja gaesss….

Seri ini juga punya Stop Start System. Bagian ini berguna untuk menghemat bahan bakar. Kalau pas lagi ketemu lampu merah yang lama, kendaraan akan berhenti. Menyalakannya pun gampang. Tinggal gas seperti biasa dan ngeeengg!

3. Bagasi Luas

bagasi super luas Yamaha Lexi

Seiring kebutuhan yang makin banyak, kapasitas bagasi 12.8 liter ini membantu banget. Bisa buat nyimpan tas bahkan helm. Asyik nih kalau buat pergi berhari-hari dan agak jauh. Selain itu, motor ini punya kapasitas tangki bahan bakar sebesar 4,2 liter.

4. Mengutamakan Kenyamanan

Cobain dulu Yamaha Lexi-nya

Tempat duduk yang nyaman dan lega bikin motor ini enak banget dipakai. Baik sendirian maupun berboncengan. Terus bagian pijakan kaki di bagian depan juga cukup lega … bisa sekalian buat naro barang 😹

Kenyamanan dalam menghadapi medan apapun juga terjamin dengan performa terbaik mesin. Ada Bluecore Valve Variable Acquitition (VVA) yang memberikan tenaga saat aktif di 6000 RPM. Lalu DiASil Cylinder & Forged Piston yang diadaptasi langsung dari motor balap sehingga memungkinkan kendaraan memiliki performa bagus hingga 50.000 KM. Plus sistem pendingin dengan cairan yang memungkinkan suhu kendaraan tetap stabil.

5. Harga Bersaing

Untuk semua keunggulan yang ditawarkan, harga Rp 20 jutaan tetap worth it lah ya. Khusus buat yang di Palembang, banyak promo yang ditawarkan lho. Termasuk tawaran layanan service langsung dari bengkel resmi Yamaha. Cusss, tinggal main dan tanya-tanya langsung ke dealer resmi Thamrin Brothers


Palembang Bloggers

0


move on dari mantan gay

Tadinya, saya berpikir cuma saya lho cewek yang pernah diremukkan hatinya oleh cowok gay. Ternyata salah besar. Seiring waktu, roda takdir mempertemukan saya dengan sejumlah perempuan lain yang bernasib serupa.

Terakhir, seorang teman, sebut saja Mawar, malah udah tunangan dan bersiap menikah lho. Sebelum akhirnya si cowok memilih mundur. Meninggalkan Mawar dengan hati yang sama remuknya dengan hati saya kira-kira sejuta tahun lalu.

Well, tulisan ini khusus saya buat untuk Mawar, juga Mawar-Mawar lain yang mungkin juga lagi berjuang untuk move on dari lelaki terbaik yang pernah ada itu …
________________________________

Dia berbeda dengan semua pria yang pernah hadir di hidup kita. Pria tampan dan manis, perhatian, selalu ada untukmu, atau pendengar yang baik plus teman ngobrol asyik mungkin tidak terlalu sulit dicari. Namun satu hal lain dia miliki dan nyaris mustahil ditemukan di grup lelaki-straight : Peka.

Orang lain mungkin tidak akan mengerti, betapa asyiknya dingertiin saat monster PMS menyerang. Atau saat cuma pengen nangis atau marah sepuasnya tanpa harus ditanyain “kenapa?” atau “aku harus gimana?” (yang seringnya cuma malah bikin kita makin terpuruk).

Kita sulit mendeskripsikan. Tapi perasaan “safe and warm” yang selalu ada setiap kali di dekat dia itu beneran nyata. Sebagai cewek, kita ngerasa disayang dan dihormati yang bener-bener, tanpa pernah sedikitpun ngerasa khawatir bakal dilecehkan atau takut diminta ngelakuin hal-hal yang sebenernya nggak kita inginkan …

Cuma hal ini yang bisa kita terjemahkan : dia cowok baik dan sempurna.

Bahkan setelah semua topeng itu terbuka dan kita kemudian tahu kebenaran yang menghancurkan hati itu … kita nggak akan pernah sampai hati membenci dia. Sesakit apa pun … seluka apa pun … kita malah cuma berakhir pengen memeluk dia. Kita pengen menentramkan dia seperti dia sudah melakukan hal yang sama ke kita selama ini.

Namun keadaan dengan cepat memburuk. Kita jadi frustrasi. Berusaha menjauh dan kalap pengen ngelupain semuanya dengan instan. Lalu terjebak dengan siklus cari-pengganti-secepatnya demi bisa move on dan mengakhiri rasa sakit.

Dan kita sama-sama tahu. Semuanya cuma berakhir gagal. Kita makin tenggelam dalam frustrasi. Belum lagi kalau ditambah sikap dia yang bertahan (seolah) nggak-mau-ngelepasin-kita, padahal jelas-jelas udah nggak ada masa depan. Karena udah terlanjur ngerasa saling ngerti 100%.

Kamu, yang lagi ngerasain hal kaya gini. Yang lelah dengan semua ini. Yang rindu membebaskan hatimu dari belenggu masa lalu… saya pernah menggumulkan hal yang sama lho. Bukan setahun dua tahun … nyaris sewindu.

Kalau air matanya dikumpulin, mungkin udah jadi satu kolam renang 😅 Lebih dari itu, saya lebih menyesal dengan nasib cowok-cowok baik yang terpaksa jadi pelampiasan rasa frustrasi saya. Yang nggak pernah benar-benar saya cintai, tapi terlanjur dipacari dengan harapan bisa membantu saya ngelupain dia.

Tapi Puji Tuhan, akhirnya saya benar-benar bisa move on. 100%. Berikut upaya yang saya lakukan sampai akhirnya bisa lepas… (well, karena ini pengalaman pribadi, tidak menjamin bakal sukses diterapkan ke semua orang juga sih. Tapi semoga bisa menginspirasi).


1. Stop berusaha membenci

Tidak ada gunanya. Cewek cenderung lebih gampang ingat yang manis-manis ketimbang “kejahatan” dia. Jadi udah … biarin aja. Akui saja kalau dia emang cowok terbaik … and best boyfriend ever. Mau ketemu cowok manapun, bakal tetep kalah kok sama dia. Terima, kalau emang kita memang tidak akan pernah nemu cowok yang bakal se-perfect dia jadi pacar.

Kita tidak salah kok mencintai dia. Dia memang berkualitas untuk dicintai.

2. Ubah Mindset

Dia memang pacar terbaik, tapi akankah jadi suami terbaik pula?
Yok, ajak dirimu memikirkan hal ini. Dia memang cowok terbaik untuk dijadikan pacar, karena semua yang kita butuhkan dalam hubungan pacaran dia udah sediakan semuanya. Perhatian, kasih sayang, penerimaan, kesediaan waktu-tenaga-pikiran-uang, kepekaan … dan dia melakukannya dengan sempurna (nyaris mustahil disaingi pacar-pacar kita setelahnya).

Cuma satu yang tidak bisa dia kasih, sexual things. Dan faktanya memang kita tidak (atau belum) butuh itu saat pacaran. Makanya kita tidak merasa kurang. Kita malah seneng karena hati dan otak kita udah di-set, di mana lagi nemu cowok baek-baek begini?

Tapi begitu kita berpikir ke jenjang berikutnya : pernikahan (ayolah, masa mau terus pacaran doang sampai Jan Ethes jadi presiden?), pikiran seperti itu sudah tidak akan relevan lagi. Nikah butuh sex, cuuyy!!!

Kalau si dia biseksual, ya masih ada harapan buat dinafkahi batin. Tapi kalau dia pure gay gimana coba?

Yakin betah tidak disentuh? Bahkan kalau dia dengan alasan tertentu (pengen berketurunan atau apa) tetep bisa nyentuh kamu, siapa yang menjamin sosok siapa yang dia bayangkan di otaknya pas lagi berhubungan seksual denganmu?

Atau yang lebih parah lagi, kalau ternyata dia balik ke “habitat”nya setelah menikah (dan ini banyak kejadian lho). Lebih dari itu, apakah kamu beneran yakin pengen dia untuk jadi sosok ayah dari anak-anakmu?

Kalau diri saya yang paling jujur sih jelas jawabannya tidak. Makanya saya sounding ke diri sendiri : “Dia pacar terbaik, tapi bukan suami yang baik. Aku pengen hubby,  bukan sekadar pacar …”

3. Putuskan Kontak

Klise.
Tapi ini wajib. Tanpa putus kontak, seluruh dunia akan selalu mengingatkan kamu sama dia. Tidak peduli sejauh apapun kamu pergi.

Stop keinginan menghubungi atau caper ke dia dalam bentuk apapun. Stop ketergantungan kita akan sosoknya.

Bayangkan dia itu narkoba. Iya, dia bikin kita tenang dan damai … tapi itu cuma ilusi. Kita dirusaknya pelan-pelan ...dari dalam. Kita bahkan sanggup berpikir kalau kita tidak akan pernah bahagia lagi tanpa sosoknya.

Butuh 2 tahun full untuk saya tanpa komunikasi sampai akhirnya benar-benar lepas. Yang terberat jelas di awal … efek “sakaw”-nya itu lho. Percaya tidak, saya sampai harus ke psikiater 😹

Lha selama ini tiap ada masalah sebesar apa, cukup dengar satu dua patah kata dari dia udah langsung ok lagi. Tapi tanpa dia semuanya harus dihadapi sendiri.

Tidak terhitung godaan untuk mulai membalas chat dia. Tapi ditahan-tahan. Saya bahkan bikin aturan tegas ke diri saya, kalau sampai saya ngebales pesan dia ...atau mulai buka obrolan atau curhat ….harus langsung diblokir.

Eh, ternyata saya cukup tangguh juga. Sampai lewat 2 tahun masih belum diblokir juga ternyata … cuma unfol doang.

4. Libatkan Tuhan

Ini harusnya ditaro di nomor 1 sih. Bukannya memang cuma Dia yang berkuasa membolak-balikkan hati?

Saya percaya, kebebasan saya dari belenggu ini nggak lepas dari campur tangan Tuhan. Tanpa pertolongan dari-Nya, mungkin saya masih bakal terus ngarep dan baper tak berkesudahan.

Setiap kali saya “sakaw”, saya doa, nangis ke Tuhan. Saya bawa semua sakit, kecewa, penyesalan, frustrasi ...semuanya itu ke Tuhan. Saya juga mohon ke Tuhan untuk pulihkan hati saya.

Jika di awal-awal saya bertindak sendiri dengan grasa-grusu “nyari ganti”, belakangan sudah nggak. Saya bahkan mohon banget ke Tuhan untuk tidak dipertemukan dulu dengan jodoh sampai benar-benar move on. Hurt people will hurt people.

Saya percaya, cuma hati yang sudah pulih dan sehat yang pantas buat lelaki yang tepat.

Sambil nunggu saat terbaik dari Tuhan, saya pilih sibuk meng-upgrade diri. Benar kok, banyak hal yang bisa kita lakukan ketimbang menangisi dia.

Hidup ini indah, tapi seringkali terhalang sama air mata. Ketika air mata itu akhirnya menyusut, saya baru benar-benar bisa melihat, kalau bener-bener ada seseorang yang jauh lebih baik dari dia di segala aspek.

Saya sudah lumayan lama mengenalnya, tapi semacam baru sadar belakangan ini setelah benar-benar move on. Well, saya belum bisa cerita banyak. Masih menanti lampu hijau dari Tuhan … sementara ya tetap upgrade diri dulu 😹

Nah. Saya yakin, nanti kalian juga pasti menemukan seseorang itu. Sekarang yang penting, move on dulu yuk!

Bebaskan dirimu!

Nb.

Buat Mawar, stay strong girl!
Peluk yang banyak dari sini ...

Jangan menyerah. Kamu berhak bahagia!

2



Thamrin Brothers : Halal Bihalal dan Buka Bersama Media (dan blogger)

Senin (27/5) pagi, saya lagi ngasih makan Ling Ling si anak bulu paling bungsu ketika di-WA Bimo. Katanya kami --para blogger--, diundang Yamaha Thamrin Brothers untuk ikut acara buka bersama dan halal bihalal bareng media. Lokasinya di Emilia Hotel pukul 5 sore.

Meski undangan dadakan, saya langsung meng-iyakan. Bosen euy di kosan mulu. Otak saya kan juga butuh rehat, sebentar lagi meledak gara-gara skripsi.

Sorenya, langsung meluncur ke hotel yang masih satu kompleks dengan Palembang Indah Mall (PIM) itu. Kali ini bareng si Eka, yang dengan terpaksa suka cita jadi mbak ojek 😹 Sempat nggak enak hati, karena kami pikir sudah terlambat. Habis pake ada drama macet (padahal udah lewat jalan tikus) dulu sih. Belum lagi pake acara bingung-nggak-tahu-parkir-di mana.

Tapi syukurlah, ternyata acara belum mulai. Berhubung sudah mepet waktu berbuka puasa, didahului dengan buka bersama dulu baru mulai acara inti. Cukup rame juga ternyata, ada sekitar 30 orang yang hadir (Well, saya nggak ngitung sih sebenernya. Pake ilmu kira-kira aja). Selain petinggi dan karyawan Yamaha Thamrin Brothers plus kawan-kawan blogger Palembang, ada juga teman-teman jurnalis dari sejumlah media.

Team Bloggers

Seperti biasa, setiap ikut acara “tugas negara” ala blogger begini, selalu saja dapat info baru yang amat layak untuk ditulis dan di-share. Nah, apa saja? Simak terus di ulasan berikut :

Beli Motor Gratis Motor, Mau?

Enggie Suwarno

Lho, ini serius lho. Bukan saya, tapi Pak Enggie Suwarno selaku GM Yamaha Thamrin Brothers yang bilang. Jadi dalam rangka anniversary, mereka emang lagi ada promo.

Kalian yang melakukan pembelian motor Yamaha tipe apapun di Yamaha Thamrin Brothers di dealer mana saja (dalam wilayah Sumatera Selatan dan Bengkulu), berkesempatan dapat kupon yang akan diundi. Bakal ada 5 motor yang menunggu dimenangkan, yakni motor Yamaha R25 (1 buah), Yamaha Byson (1 buah), dan Yamaha Xabre (3 buah). Promo ini hanya berlaku hingga 31 Mei 2019 ini.

Program Kece untuk Para Lulusan SMK

Selama ini saya mikirnya Yamaha Thamrin Brothers itu “kerjaannya” cuma jual kendaraan. Ternyata saya salah, pemirsa. Asli, baru tahu kalau ternyata perusahaan ini sangat peduli lho dengan peningkatan SDM generasi muda kita.

Hal itu dibuktikan dengan adanya program Yamaha Engineering School (YES). Program ini memberi kesempatan bagi 20 orang lulusan SMK untuk ikut pelatihan intensif langsung dari tim Yamaha selama 4 bulan bebas biaya alias GRATIS. Ini berarti, peserta bisa belajar langsung seluk beluk teknis dan teknologi sepeda motor benar-benar langsung dari ahlinya.

Agus Suryanto

Diungkapkan Trainer Yamaha Thamrin Brothers, Agus Suryanto, para lulusan YES tersebut diharapkan akan mampu menjadi seorang entrepreneur dengan membuka usaha bengkel atau menjadi teknisi andal di bidang sepeda motor.

Jadi buat kalian lulusan SMK tahun 2016-2019 yang pengen nambah ilmu, buruan gih daftar mumpung masih buka. Coba datang langsung ke Yamaha Thamrin Brothers A Rivai di Jl Kapten A. Rivai No. 9 Palembang dengan memberikan persyaratan berikut :

Syarat pendaftaran YES

Setelah semua persyaratan lengkap, peserta nanti ikut tes tertulis dan wawancara pada tanggal 9 dan 10 Juli 2019. Kalau lulus, tanggal 15 Juli 2019 nanti udah bisa ikut pelatihannya.

Team Thamrin Brothers
______________________________

Makan udah, dapat info udah, dapat kenalan baru udah … tapi tentunya bakal kurang lengkap kalau nggak pake foto-foto. Hehehe …

Ga diajak foto bareng 😿

Eh, diajak ding 😹

Intinya, acara ini asyik banget. Asli. Itu berarti pula, satu Senin lagi yang berhasil saya lewati dengan senyum dan keceriaan. Terima kasih Yamaha Thamrin Brothers Palembang.


0



Kanker dalam Alkitab

Intro :
Jika teman-teman gereja saya hobi berbagi ayat Alkitab, maka saya lebih senang menyelidikinya. Membedah, mempertanyakan, bahkan mendebatnya kalau perlu … Entahlah. Rasanya itu jauh lebih seru dan menantang ketimbang hanya meng-copy satu dua ayat lalu meneruskan ke semua kontak saudara seiman yang ada di HP.

Alkitab bagi saya bukan cuma kitab suci, yang isinya cuma perkara rohaniah dan khotbah sana sini. Nggak. Sungguh, Alkitab nggak se-membosankan itu.

Dia lebih seperti sebuah rak dengan 66 buah buku lintas genre. Mulai sastra, biografi, petualangan, sejarah,kumpulan quote inspiratif, hingga “ramalan masa depan” ada semua. Beberapa di antaranya bahkan seperti buku misteri, puzzle atau mungkin juga kumpulan Teka Teki Silang yang menunggu dipecahkan pembacanya.

Dan postingan kali ini, cuma mencatat proses ketika saya berhasil memecahkan sebuah “misteri” kecil dalam Alkitab. Anggap saja pengingat, mana tahu saya pikun berapa tahun lagi 😂
_______________________________

Berawal dari celetukan seorang teman di WA yang bilang “Gue baru tahu, dari jaman Alkitab ternyata sudah ada penyakit kanker.”

Ya, saya tahu meski tidak pernah benar-benar memikirkannya sebelum ini. Tapi kalimat teman saya itu membuat otak saya gatal. Saya gelisah, ingin tahu apakah kanker yang disebut itu benar-benar kanker sebagaimana yang kita kenal di masa kini? Atau keterbatasan terjemahan saja? Mengingat Alkitab sudah ditulis sejak kurun waktu ribuan tahun lalu. Benarkah penyakit kanker sudah setua itu?

Seperti biasa, Mbah google menjadi rujukan awal saya dengan keyword “kanker dalam Alkitab”. Sayangnya, artikel-artikel yang ada nggak bikin saya puas. Malah ada satu artikel yang jadi rujukan utama mesin pencarian yang bilang Alkitab tidak mencatat soal penyakit ini sama sekali.

Padahal, Alkitab menyebut kata kanker satu kali kok, tepatnya di 2 Timotius 2:17 . Bunyinya begini :
Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus
Pencarian saya berlanjut dengan sejarah penyakit kanker, lalu menemukan sebuah tulisan dari cancer dot org yang kemudian dikutip Yulaika Ramadhani untuk tulisannya di website Tirto.
“ … Beribu-ribu tahun penyakit ini tidak memiliki nama. Hingga Hippocrates yang merupakan seorang dokter Yunani kuno (460-370 SM) menggunakan istilah karsinoid dan karsinoma untuk menggambarkan penyakit tersebut.
Dalam bahasa Yunani, kata-kata itu merujuk pada kepiting. Yang pada akhirnya diterjemahkan dalam bahasa latin menjadi cancer yang hingga kini digunakan untuk menamai penyakit tua tersebut.”
Nah, Hippocrates yang hidup tahun 460-370 SM pake kata Karsinoid. Sementara di Alkitab bahasa aslinya ---Yunani--- (yang saya lihat pake aplikasi My Sword Bible), kata kanker di 2 Timotius itu bentuk aslinya adalah kata γάγγραινα (gaggraina).

Gaggraina - Mysword Bible

Definisi Thayer tentang Gaggraina di aplikasi tersebut saya terjemahkan jadi :

“Sebuah penyakit yang menyebabkan bagian tubuh mana pun menderita peradangan dan membuatnya rusak. Kecuali jika obatnya diterapkan secara teratur, sel-selnya bisa menyebar dan menyerang bagian lain, dan akhirnya memakan tulang.”

Gaggraina sendiri berasal dari kata γραίνω (graino) atau to gnaw (eng) yang artinya menggerogoti.

Surat 2 Timotius ditulis Paulus pada sekira tahun 65 Masehi. Artinya, meski pada zaman itu jelas sudah ada penyakit kanker seperti yang kita kenal pada masa kini sesuai deskripsinya, kata yang digunakan masih belum “kanker”.

Bahkan, Alkitab versi Indonesia Terjemahan Lama (ITL) pun belum pakai kata “kanker” juga lho. Penerjemah pakainya kata “pekung” yang menurut KBBI artinya (n) penyakit kulit yang berbau busuk (akibat sakit sifilis atau kanker).


perbandingan terjemahan baru, lama, dan KJV

Alkitab Inggris versi King James Version (KJV) rupanya yang sudah pake kata “kanker”. KJV sendiri diterbitkan pertama kali pada tahun 1611. Artinya, di masa ini istilah kanker sudah mulai dikenal.

Sampai saya selesai menulis artikel ini, saya masih belum ketemu kapan tepatnya istilah kanker (cancer) pertama kali digunakan. Kalau ada yang tahu, tolong tulis di komentar ya?
__________________________________

Meski masih menyisakan satu puzzle tertinggal, setidaknya pencarian panjang ini sudah membuat saya tidak segelisah tadi. Mengingat saya kuliahnya juga ambil konsentrasi Translation, saya sangat memahami betapa sulitnya seni menerjemahkan itu.

Yang jelas, kata kanker seperti yang tertulis di 2 Timotius itu memang benar adalah penyakit kanker seperti yang sudah kita kenal di zaman modern ini. (Wow, jadi kanker benar-benar bukan penyakit newbie ternyata).

Lagipula, konteks ayat itu juga tidak membahas penyakit kankernya secara khusus kok. Itu cuma penegas nasehat Om Paulus di ayat sebelumnya. Dan baiknya memang dibaca langsung serangkai kaya gini :

2 Timotius 2:15-19

Om Paulus intinya nasehatin Dek Timotius (dan kita semua) untuk hati-hati sama omongan. Jangan kaya Himeneus dan Filetus yang hobi nyebar hoax pada zamannya sampai bikin iman orang lain rusak.

Begitchuuu.....

_______________________________

Nah, sekian dulu tulisan dari Mommy Ossas kali ini. Semoga bisa jadi berkat buat kita semua. Amin.


Salam ....


Tepian Musi, Mei 2019
Ditulis di sela kesuntukkan nggarap skripsi.
Dan Mommy Ossas berterima kasih pada Kak Samuel Dwi Martono, teman masa kecil yang sekarang udah jadi Pak Pendeta ✌️
Tanpanya tulisan ini masih mengendap di draft.



0


Time flies, huh?
Really. It's really hard to believe ….


Time flies ...



Dear, Lina a.k.a Naomi a.k.a Nomnom,

Jika ada benda mati paling berjasa dalam hidupmu, maka tak lain tak bukan adalah Si Poyang. Sungguh, kamu berutang nyawa pada mobil bak tua biru dongker (yang jelek luar biasa) milik bapakmu itu.

Kisahnya terjadi pada dua puluh satu Mei, persis dua puluh tahun lalu. Saat itu, kita semua masih tinggal di Pekik Nyaring. Sebuah desa kecil di pinggir Bengkulu. Rumahmu ramai di Jumat pagi hari itu karena kedatangan paman dan bibi dari jauh, lengkap dengan sepupu-sepupumu yang berkeriyapan mirip anak ayam.

Ya, hampir semua sepupumu masih bocah kala itu. Termasuk aku yang kalo tidak salah masih kelas 2 SD dan sedang menikmati hari libur. Kami semua semangat karena diajak jalan-jalan ke Blok 7 naik Poyang istimewa kududuk di muka yang sayangnya mendadak berulah. Mesinnya tidak bisa dihidupkan.

Sampai matahari meninggi, Si Poyang masih tidak bisa hidup. Wajah-wajah bersinar sejak pagi, mulai kompak menekuk. Kecewa. Rencana liburan sudah dipastikan gagal.

Lalu, semuanya terjadi begitu saja. Sangat cepat sampai aku sendiri kebingungan dengan perubahan sikap orang-orang dewasa.

Yang kuingat cuma, mamamu --yang perutnya mirip balon-- pagi hari itu masih segar bugar. Masih masak dan menjemur pakaian seperti lazimnya emak-emak… namun sekitar pukul 10 (atau 11?) mamamu masuk kamar yang dikunci, dan cuma ditemani bibimu.

Lalu mamaku dan mbah kita datang, disusul para tetangga yang sepertinya makin banyak saja. Dari hasil menguping (dan mengintip jendela kamar), aku tahu kalau mamamu ternyata mau melahirkan. Semua orang dewasa sibuk, berusaha menjemput bidan.

Tapi ternyata kamu tak sabar ingin keluar. Dibantu mbah, kamu lahir sebelum bidan datang. Selamat dan sehat tentunya, karena aku bisa mendengar suara tangis pertamamu yang keras luar biasa.

Selang beberapa saat, aku akhirnya bisa melihatmu. Lelap dalam bedongan yang cuma sebesar guling bayi. Mungil sekali. Kesan pertamaku, kamu manis. Terutama bibirmu, cantik sekali. Sedang tidur pun seperti terlihat sedang tersenyum.

Kesan kedua, kamu hitam. Iya, meski seiring waktu aku tahu itu bukan benar-benar hitam, melainkan sawo matang. Yah, pokoknya kulitmu itu memang sudah gelap dari sononya, jadi please, please … Tolong lupakan obsesimu pada krim pemutih atau make up atau apapun yang membuatmu malah terlihat seperti mayat hidup. Cewek-cewek di Barat saja rela operasi demi punya warna kulit seperti kamu, tahu …

Kembali lagi ke Si Poyang. Apa jadinya jika dia tidak mogok hari itu? Kami semua pergi bersenang-senang dan mamamu benar-benar sendirian. Tanpa telepon, tanpa ponsel, apalagi smartphone.

***

Lepas 6 bulan pertama hidupmu, kamu menghabiskan masa kecilmu lebih banyak di rumahku. Belajar bicara, belajar jalan semuanya di rumahku. Dari kecil kamu sudah bisa nyanyi. Lagu favoritmu  Di Doa Ibuku-nya Nikita dan Melompat Lebih Tinggi-nya Sheila on 7 yang cuma bisa kamu nyanyikan ujung-ujung barisnya. Lucu sekali.

Masa kecilmu nggak ada yang kulewatkan. Dibanding mbak 'Nti-mu yang kaya Barbie dan betah di rumah, kamu kecilnya lebih mirip aku yang ranger merah. Hobi ngeluyur dan kelayapan mendaki gunung lewati lembah bareng bocah lelaki yang namanya Jojon. Melihat kalian berdua selalu bikin aku ingat sama masa kecilku sendiri… bareng Toni, my partner in crime 😹 (oy, Toni. Kamu di mana?)

Yang kulewatkan sepertinya cuma masa remajamu ya, Lin? Karena berbarengan dengan badai di kehidupanku sendiri. Maaf untuk benar-benar mengabaikanmu di fase itu. Aku harus egois, demi menyelamatkan semuanya. Belum lagi kita akhirnya memang harus berpisah karena pindah.

Makanya aku senang sekali waktu kamu putuskan untuk kuliah di Palembang. Seperti mendapat kesempatan kedua. Berharap bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama dan menunjukkan dunia ini lebih banyak padamu. (Yang sayangnya ga berjalan mulus karena jadwal kuliah dan asramamu yang ...begitulah 😹).

Tapi tidak mengapa. Bisa memperhatikanmu lagi sudah cukup. Toh kamu sudah besar sekarang. Sudah 20 tahun.

Astagaaaa… benar-benar 20 tahun lho, dan kamu berhasil tumbuh lebih tinggi, lebih cantik, dan lebih berbakat dari mbakmu ini. I'm proud of you.

Mbak menulis ini cuma mau bilang, kamu menginjak 20 tahun dengan jauh lebih beruntung dari mbak. Kamu menjalani 20 tahunmu dengan teramat normal dan wajar untuk gadis seusiamu. Kamu nggak harus menjalani kehidupan keras dunia orang dewasa seperti mbak. Kamu makan tinggal makan, tidur tinggal tidur, kuliah tinggal kuliah … nggak kaya mbak yang di umurmu sudah harus pusing urusan kerjaan biar tetap bisa makan dan bayar kosan, plus nabung biar bisa kuliah suatu saat nanti.

Nggak, ini bukan kontes siapa-yang-lebih-menderita. Bukan … cuma pengen mengingatkanmu untuk lebih bersyukur dan bersyukur lagi.

Mbak nggak bisa nasehatin lebih banyak, toh kamu sudah dikelilingi orang-orang hebat dan tepat untuk ngajarin kamu tentang hidup. Mbak mungkin nggak pernah ngomong langsung … tapi sekali ini betul-betul ingin bilang …

I never saw you as a cousin, but always as a sibling. You have completed my life, which always wanted to have a younger siblings. I love you. Thank you for being born.
Happy 20th Birthday. You can find your birthday present at 1 Peter 1: 23-25. God bless you.

***


Tepian Musi. Peringatan 21 tahun lengsernya Soeharto.
0

Baca juga

Mimpi 15.529 Km

Tulisan ini dibuat dengan rasa rindu yang sangat, pada sosok manusia paling kontradiktif yang pernah kukenal : Papa. Mimpi 15.529 km | kuc...